Menu

Dark Mode
Perubahan Paradigma Stratifikasi Sosial, Pemicu Korupsi Di Indonesia Penyidikan Megakorupsi Pertamina yang Terorganisir Oknum Lelang Katering RS Jiwa Aceh Diduga Catut Nama Gubernur Mualem Aji Mumpung Yandri Susanto Rusak Etika Berbangsa Bernegara CERI Bongkar Dokumen-dokumen Skandal Oplos BBM Pertamina Pernyataan Menteri ESDM Blunder Lagi, Eks Dirjen Minerba: Bahlil Omon-omon Saja karena Nggak Ngerti

Ekonomi

DPR Pertanyakan Skema Danantara, Superholding BUMN Bentukan Prabowo

Avatarbadge-check


					Presiden Prabowo Melantik Muliaman Hadad sebagai Kepala Danantara (Doc. Rakyat Merdeka.id) Perbesar

Presiden Prabowo Melantik Muliaman Hadad sebagai Kepala Danantara (Doc. Rakyat Merdeka.id)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP, Darmadi Durianto mengatakan, pemerintah perlu menjelaskan tentang skema Daya Anagata Nusantara (Danantara). Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto memperkenalkan diluncurkannya superholding BUMN di Indonesia yang dinamai Danantara.

Danantara yang dibentuk bakal mirip dengan badan investasi terkemuka seperti Temasek Holdings yang berbasis di Singapura. Badan investasi ini akan beroperasi dan berfungsi berbeda dari Kementerian BUMN, yang memiliki tugas mengembangkan kebijakan pemerintah dan mengawasi entitas komersial yang berorientasi pada profit.

Darmadi menyebut, fungsi sosial BUMN berpotensi akan hilang jika BUMN besar bergabung dengan Danantara. Ia juga tidak setuju jika BUMN besar yang memiliki kinerja bagus ditarik seluruhnya ke Danantara. Menurut Darmadi, gagasan pembentukan Danantara oleh presiden dilatarbelakangi dengan kinerja sejumlah perusahaan pelat merah yang kurang meyakinkan.

“Karena memang ada keraguan di publik bahwa BUMN tidak bisa menjalankan banyak fungsi karena banyak hal,” kata Darmadi Durianto dalam Rapat Kerja Komisi VI dengan Menteri BUMN di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Senin, 5 November 2024.

Darmadi membeberkan sejumlah alasan kenapa kinerja BUMN diragukan. Pertama, sejumlah BUMN dianggap tidak efisien. Kedua, BUMN tidak mampu menciptakan sinergi dan kolaborasi. Ketiga, rendahnya kultur GCG (Good Corporate Governance) karena banyaknya kasus korupsi. Keempat, rentannya intervensi politik kepada jajaran pengurus BUMN.

“Faktor yang paling parah itu intervensi politik ke direksi dan komisaris. Maka timbullah konsep superholding Danantara ini untuk membuat seperti Temasek di Singapura. Harus kita akui BUMN sekarang ini intervensinya luar biasa dan memang tidak berdaya, dan tidak bisa dihindari juga sama Pak Menteri (Erick Thohir),” paparnya.

Pembentukan Danantara awalnya dilatarbelakangi untuk mengurangi intervensi politik. Sehingga BUMN bisa “perform” mengoptimalkan sumberdaya dan kebijakannya. “Kita dengar partai politik ini masuk, partai politik ini jadi komisaris, jadi dirut, persepsi itu muncul. Dan ini timbul keraguan dari Pak Presiden Prabowo [terhadap BUMN] sehingga menciptakan Danantara. Danantara dengan konsep Temasek dianggap bisa mengurangi intervensi politik, padahal belum tentu juga,” pungkas Darmadi.

[red]

Berita Terbaru

Perubahan Paradigma Stratifikasi Sosial, Pemicu Korupsi Di Indonesia

15 March 2025 - 09:11 WIB

Penyidikan Megakorupsi Pertamina yang Terorganisir

14 March 2025 - 13:08 WIB

Pengamat Ekonomi Energi UGM dan Mantan Anggota Tim Anti Mafia Migas, Fahmy Radhi.

Oknum Lelang Katering RS Jiwa Aceh Diduga Catut Nama Gubernur Mualem

14 March 2025 - 08:11 WIB

Rumah Sakit Jiwa Aceh.

CERI Bongkar Dokumen-dokumen Skandal Oplos BBM Pertamina

10 March 2025 - 08:30 WIB

Febrie Adriansyah, Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) di Kejaksaan Agung (Foto: Kompas)

Pernyataan Menteri ESDM Blunder Lagi, Eks Dirjen Minerba: Bahlil Omon-omon Saja karena Nggak Ngerti

6 March 2025 - 18:08 WIB

Bahlil Lahadalia (Doc. Jawapos)
Populer Berita Ekonomi