Menu

Dark Mode
Universitas Bakrie Gelar Diskusi Dinamika Reformasi dan Tata Kelola Intelijen Tentara dalam Pusaran Kejahatan Merajut Kembali Imajinasi Kebangsaan jika Tidak Ingin Melihat Indonesia Tinggal Sejarah Pemerhati Intelijen: Serangan Balik Koruptor Kepada Kejagung Adalah Pelecehan Terhadap Kewibawaan Negara Di Kota Pahlawan, Zyrex Dorong Kemajuan Teknologi AI di Indonesia Wibisono: Tidak Mengembalikan Dwifungsi TNI, Revisi UU TNI Wajar

Ekonomi

Pemerintah Buat Banyak Satgas, Pengamat Intelijen: Latah dan Tambah Beban Negara

Avatarbadge-check


					Pengamat Intelijen Sri Radjasa MBA (KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO) Perbesar

Pengamat Intelijen Sri Radjasa MBA (KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Pemerintah kembali membentuk satuan tugas (satgas) baru. Namanya Satgas barang impor ilegal di bawah pengawasan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

Lalu ada Satgas penurunan harga tiket pesawat. Satgas ini dibuat oleh Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.

Pengamat Intelijen, Sri Rajasa MBA menilai pembentukan banyak Satgas (task force) adalah tindakan latah dan semakin menambah beban pengeluaran negara. Pembuatan Satgas juga, dapat membuka peluang baru bagi para koruptor untuk memperbesar hasil jarahannya.

“Mengapa begitu urgen membentuk Satgas Impor Ilegal, jika Jaksa Agung sudah memberi pernyataan, mengetahui jaringan pemasok impor illegal,” kata Sri Rajasa, (16/07).

Menurutnya, pembentukan Satgas, jika ditelaah secara bijak sebenarnya membuka aib institusi karena ketidakmampuan bekerja secara profesional. Satgas menunjukkan bahwa besarnya praktik korupsi di Indonesia.

“Dan hal ini bermuara pada prilaku korup yang telah menjadi budaya diseluruh institusi negeri ini. Sementara lembaga adhock seperti KPK, diduga hanya menjadi super body dan alat politik kekuasaan, untuk menyandera lawan politik,” ujarnya,

Sri Rajasa juga melihat bahwa Satgas yang dibentuk selama ini tidak banyak yang memiliki dampak signifikan. Ada Satgas Covid, Satgas Mafia Tanah, Satgas BBM subsidi, atau Satgas Judi Online.

Misalnya saja Satgas Judi Online, katanya, sudah rahasia umum pihak Polri mengetahui semua bandar judi online. Menurut Sri Rajasa, pembentukan Satgas pada akhirnya hanya menambah beban pengeluaran negara.

“Lebih buruk lagi menjadi pos baru terjadinya praktek korupsi, seperti hal Satgas Covid,” ujarnya.
Sri Rajasa menyarankan agar pemerintah lebih bijak dalam penanganan berbagai masalah yang merugikan negara. Caranya dengan penegakan hukum yang lebih keras ke dalam.

“Karena kejahatan bukan karena hanya ada niat, tapi terbukanya kesempatan akibat buruknya kinerja pemerintah,” pungkasnya.
[red]

Berita Terbaru

Universitas Bakrie Gelar Diskusi Dinamika Reformasi dan Tata Kelola Intelijen

21 March 2025 - 17:50 WIB

Pemerhati Intelijen: Serangan Balik Koruptor Kepada Kejagung Adalah Pelecehan Terhadap Kewibawaan Negara

18 March 2025 - 19:25 WIB

ilustrasi Gedung Kejagung.

Wibisono: Tidak Mengembalikan Dwifungsi TNI, Revisi UU TNI Wajar

18 March 2025 - 12:21 WIB

MAKI Paksa KPK Tuntaskan Kasus SKK Migas & Petral Lewat Praperadilan

17 March 2025 - 21:22 WIB

Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman.

Korupsi di Indonesia: Patah Satu Tumbuh Seribu

17 March 2025 - 10:28 WIB

Ilustrasi koruptor
Populer Berita Hukum