Jakarta, Indonesiawatch.id – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengklaim kandungan CO2 Cadangan gas di Blok South Andaman kecil. Angkanya sekitar 3%-4%.
Menurut Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Benny Lubiantara, Blok South Andaman cukup ekonomis. Sehingga masih menarik bagi investor.
Kalaupun Mubadala farm out atau mengurangi hak partisipasi, menurut Benny, hal tersebut lazim. Benny menjelaskan farm out dilakukan untuk mitigasi risiko bisnis dengan mengundang mitra yang kompeten.
“Pengalaman dan kuat secara finansial. Dengan mengajak partner yang kompeten tersebut, maka akan terjadi diskusi dan interaksi di internal sehingga outcome yang dihasilkan lebih kredibel,” ujarnya.
Menurut Benny, di beberapa negara bahkan ada keharusan suatu blok (wilayah kerja), kepemilikan interest-nya dimiliki minimal oleh dua pihak. “Supaya secara internal ada check & balance diantara mereka, sebelum mengajukan usulan suatu kegiatan ke pihak pemerintah,” katanya.
Benny mengatakan usulan farm out tersebut merupakan strategi bisnis yang berkualitas. “Dengan demikian diharapkan usulan tersebut sudah lebih berkualitas dibanding dibahas sendirian,” katanya.
Baru-baru ini perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) Mubadala disebut melakukan pengurangan hak partisipasi (farm out). Meskipun hal biasa, tetapi aksi farm out perlu diantisipasi.
Sebelum Andaman, investor seperti ExxonMobil pernah menarik diri dari blok East Natuna pada 2017. Saat itu persoalannya karena kandungan CO2 dalam cadangan gas di WK East Natuna tinggi, lebih dari 72%.
[red]