Banda Aceh, Indonesiawatch.id – Kepala Bidang Minyak dan Gas Bumi Dinas ESDM Aceh, Dian Budi Dharma, mengatakan, Aceh menjadi pusat hilirisasi gas bumi dan gatah pinus nasional.
Menurutnya, dengan penetapam itu, maka Aceh proyeksikan menjadi pusat industri gas dan amonium nitrat karena mempunyai potensi yang akan memberikan nilai tambah yang cukup signifikan.
Baca juga:
Ditemukan Cadangan Gas Bumi di Sumur Geng North-1 Kaltim, SKK Migas: Jadi Game Changer
Lebih lanjut Dian dalam Forum diskusi bertajuk “Potensi Migas di Era Energi Terbarukan: Bagaimana Aceh Beradaptasi?” gelaran Jurnalis Ekonomi Aceh (JEA) di Banda Aceh, pada Selasa, (10/12), kita masih menggunakan gas bumi sekitar 4,7%.
Menurut dia, angka pemakaian bahan bakar itu masih sangat besar atau tinggi untuk energi, terlebih ini bukan untuk bahan baku industri.
“Demikian juga dengan minyak bumi yang masih besar sekali,” ujar Dian.
Ia memperkirakan pada tahun 2050, Aceh masih menggunakan bahan bakar fosil. Aceh diharapkan menjadi pusat industri sebagaimana potensi daerah dan dari sebaran potensi hilirisasi yang ditetapkan.
Dian mengungkapkan, industri Urea misalnya, memiliki nilai tambah sebesar 4,3 kali. Dengan demikian, ke depan pemerintah tidak lagi mengharapkan Dana Bagi Hasil (DBH).
Menurutnya, hilirisasi seperti pabrik urea, metanol, dan amonium nitrat memiliki nilai tambah dan diharapkan dengan adanya hilirisasi gas bumi akan menyerap tenaga kerja cukup signifikan.
Sektor gas bumi ini diharapkan dapat menyerap sekitar 15 ribu tenaga kerja. Dengan demikian, para lulusan baru setidaknya dapat terserap.
Sedangkan untuk ammonia, Aceh dalam peta nasional diharapkan bisa menampung atau menyumbang sekitar 35 persen produksi nasional.
“Sedangkan urea, kita bisa menyumbangkan 44 persen produksi nasional. Demikian pula metanol itu dapat diserap 33 persen,” katanya.
Salah satu peluang yang tengah dipertimbangkan adalah hilirisasi gas bumi, mengingat telah beroperasinya kilang Arun.
Hilirisasi gas bumi ini diharapkan memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi kemakmuran daerah dan masyarakat Aceh di masa mendatang sebagaimana peta jalan industri strategis Indonesia.
[red]