Menu

Dark Mode
Hampir 3 Tahun Pemekaran Papua, Anggota DPD RI: Belum Ada Perubahan Signifikan Presiden Harus Belajar dari Sultan Iskandar Muda Jejak Dua Tokoh Nasional di Era SBY, Diduga Menitip MRC ke Mantan Dirut Pertamina Alat AI Buatan Anak Bangsa Ini, Bisa Cegah Boncosnya Asuransi Jiwa Laut Direklamasi, Rel Diutangi Bapak Jaksa Agung Patuhi Perintah Presiden, Sikat Direksi BUMN yang Seperti Raja

Politik

Adu Tarung Srikandi di Tapal Kuda, Laga Sengit Khofifah-Risma

Avatarbadge-check


					Khofifah Indar Parawansa (Istimewa) Perbesar

Khofifah Indar Parawansa (Istimewa)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur (Jatim) memunculkan fenomena menarik. Di mana semua bakal calon gubernur (bacagub) yang maju berjenis kelamin perempuan. Mereka di antaranya mantan Gubernur Jatim sekaligus Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa, Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Luluk Nur Hamidah dan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.

Khofifah maju menggandeng politikus Demokrat Emil Dardak. Pasangan ini memborong belasan partai di Pilgub Jatim 2024. Di antaranya delapan parpol parlemen, yakni Partai Gerinda, Partai Golkar, Partai Demokrat, PKS, PPP, PAN, PSI, dan Partai NasDem. Kemudian, tujuh parpol nonparlemen, antara lain Partai Perindo, Partai Buruh, Partai Garuda, PBB, PKN, Partai Gelora, dan Partai Prima.

Sementara, penantangnya Luluk Nur Hamidah menggandeng rekannya sesama politikus PKB Lukmanul Khakim. Keduanya merupakan anggota DPR. Pasangan ini hanya diusung oleh PKB yang membentuk poros sendiri lepas dari poros besar pengusung Khofifah. Selanjutnya, PDI Perjuangan (PDIP) mengusung Tri Rismaharini dan KH Zahrul Azhar Asad (Gus Han).

Munculnya tiga bakal calon gubernur perempuan pada Pilkada Jatim 2024 menunjukkan terbukanya masyarakat Jawa Timur terhadap kepemimpinan perempuan. Pengamat Politik dari Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi Kusman menilai fenomena tersebut layak dan patut diapresiasi.

Menurutnya, kontestasi pemimpin perempuan di Jawa Timur menunjukkan bahwa isu kepemimpinan perempuan saat ini tidak lagi tabu, melainkan menjadi penting dari kultur politik daerah tersebut.

“Kepemimpinan perempuan ini bukan hanya tidak menjadi tabu lagi tetapi juga telah menjadi bagian penting dari kultur politik Jawa Timur. Satu sisi dimensi memiliki religius tinggi tetapi pelan-pelan berhasil melawan patriarki kepemimpinan politik,” kata Airlangga Pribadi Kusman dalam keterangannya kepada awak media di Surabaya, Jawa Timur, pada Senin, 2 September 2024.

Ditinjau dari analisis politik, ketiga calon akan bertarung keras dengan basis teritorial politik yang sangat kuat. Tri Rismaharini atau Risma didukung PDIP dengan wilayah basis dukungan di Surabaya, Malang, Banyuwangi dan sekitarnya. Airlangga menyebut, Risma memiliki political capital atau modal politik yang sangat kuat.

“Dari sini kita melihat dalam banyak Pilkada, pengaruh partai tidak lebih besar daripada figur, tetapi melihat figur Risma sebagai politisi dengan dedikasi cukup tinggi akan menggerakan partai politiknya. Dukungan konstituen kepada Risma melampaui batas konstituen dari partai sendiri,” ujarnya.

Sementara itu, Khofifah merupakan elite politik yang memiliki reputasi populer mendapatkan dukungan terutama dari kalangan Nahdliyin, serta memiliki basis politik yang kuat di kalangan perempuan dan santri.

Selanjutnya Luluk, didukung oleh partai pemenang legislatif di Jatim, yakni PKB. PKB memiliki mesin partai yang sangat kuat di daerah Tapal Kuda. Berbekal pengalaman sebagai Ketua DPP PKB dan legislator Senayan, Luluk dinilai bisa menjadi “kuda hitam” dalam Pilkada kali ini.

“Dia (Luluk Nur Hamidah) bisa jadi kuda hitam dalam kontestasi. Di sini saya pikir terjadi pertarungan di kalangan Nahdliyin di mana yang cukup keras ada Khofifah dan Luluk di basis Nahdliyin,” ucap Dosen Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unair.

Selain itu, Risma juga tak bisa diremehkan karena memiliki latar belakang keluarga santri yang cukup kuat. Kemampuan masing-masing kandidat mengoptimalisasikan teritori masing-masing dan kemampuan mengambil dukungan dari basis lawan akan sangat menentukan pemenang Pilkada Jatim.

“Biasanya, suara di Madura sangat krusial dalam Pilkada karena sering menentukan kemenangan pada detik-detik terakhir. Selain itu, meskipun money politics dapat terjadi di mana saja, titik krusialnya biasanya di Madura,” tandasnya.

[red]

Berita Terbaru

Hampir 3 Tahun Pemekaran Papua, Anggota DPD RI: Belum Ada Perubahan Signifikan

10 November 2025 - 05:30 WIB

Anggota DPD RI asal Papua Barat, Lamek Dowansiba (Foto: sinpo.id)

Boyamin Saiman Apresiasi Penyidik PMJ, Temukan Ponsel Kacab BRI

23 September 2025 - 16:22 WIB

Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Bin Saiman mencari Riza Chalid di Malaysia (Foto: Ist.)

Dilema Bayangan Jokowi yang Masih Membekas di Pemerintahan

30 August 2025 - 11:45 WIB

Serakahnomic & Tamaknomic

23 August 2025 - 14:19 WIB

Ilustrasi Serakahnomic & Tamaknomic (Gambar: istockphoto.com)

Wawancara Ketua PHRI: Efek Efisiensi APBN, Jasa Pekerja Harian Hotel & Restoran Banyak Diputus

23 August 2025 - 14:01 WIB

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) (Foto: Instagram hippindo)
Populer Berita Ekonomi