Jakarta, Indonesiawatch.id – Posisi arus kas keuangan PT Garuda Indonesia tbk (GIAA) terus tergerus, sejak Pemerintah menyuntik Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp7,5 triliun, pada 20 Desember 2022. Setelah mendapat PMN, posisi arus kas Garuda di akhir tahun 2022 sebesar USD 521,68 juta atau setara Rp8,23 triliun.
Pada laporan keuangan tahun 2023, posisi arus kas Garuda turun menjadi USD 289,84 juta atau setara Rp4,57 triliun. Turun sekitar 44,47% dibandingkan posisi arus kas di tahun 2022.
Baca juga:
Beredar Video Dirut Garuda Arahkan Karyawannya Pilih Pramono Anung di Pilgub Jakarta, Dirut Garuda: Tidak Benar!
Hingga kuartal III tahun 2024, posisi arus kas Garuda kembali anjlok. Berdasarkan laporan keuangan Garuda Indonesia, arus kas di tahun berjalan 2024 sebesar USD 211,15 juta atau setara Rp3,33 triliun.
Jika ditotal sejak pemerintah memberi PMN pada akhir 2022 hingga kuartal III tahun 2024, maka arus kas Garuda Indonesia telah terkoreksi sebesar USD 310,52 juta atau setara Rp 4.9 triliun.
Baca juga:
Beban Usaha Naik, Garuda Indonesia Boncos Rp2 Triliun per Q3 Tahun 2024
Uniknya meskipun arus kas Garuda terus anjlok, tetapi pada tahun 2022 dan 2023, Garuda Indonesia selalu menyampikan status perusahaan untung. Pada tahun 2022 misalnya, manajemen Garuda menyebutkan bahwa laba perseroan mencapai USD 3,72 miliar atau setara Rp58.96 triliun.
Sementara di tahun 2023, berdasarkan laporan keuangan tahunan, Garuda mencatat laba sebesar USD 252 juta atau setara Rp3,97 triliun.
Dalam waktu dekat ini Garuda Indonesia akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Jika tidak ada haral melintang, RUPSLB akan digelar di Bandara Internasional Soekarno – Hatta, Tangerang pada 15 November 2024.
Berdasarkan informasi keterbukaan publik, agenda RUPSLB adalah perubahan susunan pengurus GIAA. Agenda tersebut merupakan usulan dari Kementerian BUMN, sebagai pemegang saham Seri A Dwiwarna di Garuda.
[red]