Jakarta, Indonesiawatch.id – Mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) melakukan talkshow di berbagai podcast atau siniar untuk menceritakan kisah selama menjadi pemain sirkus. Mulai dari podcast Deddy Corbuzier, Denny Sumargo, Hotman Paris dan podcast lainnya.
Analis Gestur & Mikroekspresi Monica Kumalasari mengatakan telah terjadi perubahan ekspresi para mantan pemain sejak pertama kali muncul di podcast Deddy Corbuzier, dibandingkan ekspresi mereka di podcast lainnya. Penyebabnya, kata Monica, karena para mantan pemain sirkus tersebut sudah sering muncuk di acara talkshow.
“Jadi kalau kita melihat, menganalisa ekspresi seseorang, kita harus tanya, mereka sudah berapa kali muncul di talkshow. Karena sesuatu yang disampaikan secara berulang-ulang, maka ekspresi intensitas dari emosinya akan berkurang,” ujarnya kepada Indonesiawatch.id, baru-baru ini.
Menurutnya para eks pemain sirkus OCI tersebut lebih terlihat emosional di podcast Deddy. Setelah itu, mereka menunjukkan ekspresi yang lebih tenang di podcast lainnya.
“Jadi yang pertama di Deddy. Di [podcast] Densu, itu si Fifi misalnya, sudah kelihatan lebih tenang. Sementara waktu di Deddy Corbuzier, masih menampilkan emosi yang intens. Jadi kalau ini sudah sering muncul, emosinya akan ada perubahan,” ujarnya.
Monica menilai, emosi yang paling nyata adalah ketika mereka tampil di podcast Deddy. “Emosi yang paling real adalah emosi yang pertama kali, mereka diwawancarai. Jadi perhatikan kalau mereka sering cerita. Akhirnya sudah jadi biasa saja. Itu perlu dipahami,” ujarnya.
Karena itu, katanya, jika ada yang menilai tentang perubahan ekspresi mereka di konten podcast, itu karena mereka telah terbiasa menyampaikan kisah mereka kepada publik. “Jadi kok mereka nggak ekspresif di podcast ini, karena sesuatu yang diulang-ulang, jadi biasa,” katanya.
Menurut penilaian Monica, pernyataan para mantan pemain sirkus OCI selalu spontan dan konsisten di setiap podcast. “Ini kita bisa lihat dari ekspresi mikro yang Nampak di mereka,” katanya.
“Dari pola komunikasi non verbalnya, kita lihat ada konsistensi, ketika seseorang mengatakan sesuatu saat awal, terus kemudian secara random ditanyakan lagi, ini terlihat ada konsistensinya,” sambungnya.
Meski demikian, menurut Monica, ada beberapa bagian pernyataan para mantan pemain sirkus OCI, yang tidak meyakinkan. Misalnya ketika Ida bercerita ada pemukulan, kata Monica, dia menyampaikan dengan lembut dan terburu-buru.
“Karena si Ida ini ketika ngomong dipukul, terus ngomongnya dipercepat seperti menghindari sesuatu. Kalau orang biasanya tidak jujur atau unsure, dia akan seperti itu. Unsure, dia lihat nggak temannya dipukul, kalau nggak salah,” katanya.
Monica mengatakan, ada kemungkinan peristiwa pemukulan tersebut disampaikan terburu-buru oleh Ida, karena mereka sudah sering mengalaminya ketika menjadi pemain sirkus. “Atau dipukul adalah hal biasa,” katanya.
Karena itu, menurut Monica, pemukulan yang dialami para mantan pemain sirkus tidak terlalu menjadi atensi karena sudah sering terjadi. “Cuma yang secara dramatik mereka ingat, misalnya disuruh makan kotoran gajah, terus disetrum. Nah karena dipukul ini mungkin jadi biasa di mereka, sehingga atensinya tidak sekuat disetrum dan dikasih kotoran gajah,” ujarnya.
“Tapi ketika mengatakan kotoran gajah dan sebagainya, itu Ida ekspresi ida itu disgust. Dan ketika dia diulangi lagi menceritakan itu, muncul disgust jijik. Kata kuncinya, ada ekspresi jijik, kemudian menampakan ekspresi fear, Jadi berkesesuaian dengan apa yang dibaca secara mikro, makronya juga demikian. Verbalnya pun begitu,” sambungnya.
Seperti diketahui, para eks pemain sirkusi OCI diduga menjadi korban eksploitasi kerja sekitar 30 tahun silam. Mereka menuntut keadilan melalui talkshow di berbagai podcast. Dalam talkshow tersebut, para eks pemain sirkus OCI menceritakan kisah kepedihan mereka saat menjadi pemain sirkus.
[red]