Menu

Dark Mode
Universitas Bakrie Gelar Diskusi Dinamika Reformasi dan Tata Kelola Intelijen Tentara dalam Pusaran Kejahatan Merajut Kembali Imajinasi Kebangsaan jika Tidak Ingin Melihat Indonesia Tinggal Sejarah Pemerhati Intelijen: Serangan Balik Koruptor Kepada Kejagung Adalah Pelecehan Terhadap Kewibawaan Negara Di Kota Pahlawan, Zyrex Dorong Kemajuan Teknologi AI di Indonesia Wibisono: Tidak Mengembalikan Dwifungsi TNI, Revisi UU TNI Wajar

Internasional

Geger Trump Ditembak! Semakin Moncer atau Diberangus?

Avatarbadge-check


					Calon Presiden AS Donald Trump (AP Photo/IW Grafis) Perbesar

Calon Presiden AS Donald Trump (AP Photo/IW Grafis)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Upaya percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump menjadi perbincangan hangat baru-baru ini. Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat (AS) dan politisi Partai Republik itu ditembak pada saat berkampanye di Pennsylvania, AS, pada Sabtu, 13 Juli 2024.

Dalam insiden tersebut, Donald Trump berhasil dievakuasi dan diselamatkan. Timah panas merobek kulit bagian telinganya, Trump sempat mendengar “suara berdesing” pada saat tembakan. Pelaku pembunuhan yang menenteng senapan berhasil ditembak mati oleh anggota Secret Service. Selain Trump, insiden itu juga menewaskan seorang di kerumunan. Sementara, dua warga lainnya mengalami luka kritis.

Analis Politik dan Keamanan, Yohanes Sulaiman mengatakan, insiden penembakan terhadap Donald Trump tidak dapat diartikan sebagai lemahnya fungsi pengamanan yang dijalankan Secret Service dan Biro Investigasi Federal (FBI) negara adidaya tersebut. Hanya saja, Yohanes melihat adanya kelalaian dalam menentukan titik prioritas pengamanan saat Trump berkampanye di Pennsylvania.

“Tapi memang ada kelalaian terutama [petugas] di bagian bawah yang bertugas melakukan pengawalan, karena tidak menganggap tempat pembunuh menembak Trump sebagai tempat yang perlu diawasi. Juga disinyalir ada yang sudah memperingatkan polisi bahwa ada yang mau membunuh Trump, tapi peringatan ini diabaikan,” kata Yohanes Sulaiman kepada Indonesiawatch.id.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Achmad Yani itu mengatakan peristiwa penembakan terhadap Trump berpotensi menaikkan elektabilitasnya. Hanya saja itu tergantung pada simpati publik dan “pembacaan” publik terhadap peristiwa penembakan tersebut.

“Dampaknya berpotensi akan menaikkan elektabilitas Trump, tapi bukan usaha pembunuhannya. Sudah pernah ada kasus misalnya Teddy Roosevelt (mantan Presiden AS Theodore Roosevelt) yang ditembak waktu dia berkampanye tahun 1912, tapi ini tidak menaikkan elektabilitasnya,” ujar Yohanes.

Menurut Yohanes, publik justru menaruh simpati pada Trump karena “gimmick” dan reaksinya pada saat dan pasca penembakan terjadi. “Yang menaikkan [elektabilitas] adalah reaksi Trump yang mengepalkan tangan, memperlihatkan bahwa dia tetap kuat, dan ini jika dibandingkan dengan Biden yang terlihat makin jompo ya jauh lebih memikat,” katanya.

Kontestasi Pilpres AS menurutnya menjadi peristiwa politik yang menarik karena menjadi ajang pertarungan ulang dua kandidat, yakni Biden dan Trump. Keduanya saling unggul dan menyalip di sejumlah survei, ditambah kejutan-kejutan politik pada saat debat. “Cuma pertanyaannya berapa lama elektabilitasnya terus naik? Ini lebih dipengaruhi fakta bahwa Biden lagi digerogoti partainya sendiri karena masalah usia,” pungkas Yohanes.

[red]

Berita Terbaru

Universitas Bakrie Gelar Diskusi Dinamika Reformasi dan Tata Kelola Intelijen

21 March 2025 - 17:50 WIB

Pemerhati Intelijen: Serangan Balik Koruptor Kepada Kejagung Adalah Pelecehan Terhadap Kewibawaan Negara

18 March 2025 - 19:25 WIB

ilustrasi Gedung Kejagung.

Wibisono: Tidak Mengembalikan Dwifungsi TNI, Revisi UU TNI Wajar

18 March 2025 - 12:21 WIB

MAKI Paksa KPK Tuntaskan Kasus SKK Migas & Petral Lewat Praperadilan

17 March 2025 - 21:22 WIB

Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman.

Korupsi di Indonesia: Patah Satu Tumbuh Seribu

17 March 2025 - 10:28 WIB

Ilustrasi koruptor
Populer Berita Hukum