Pak Bahlil, Masalah Impor Minyak Tidak Tergantung Beroperasinya RDMP Balikpapan Aceh Jadi Pusat Hilirisasi Gas Bumi dan Getah Pinus Pemerintah Siapkan Sejumlah Langkah ‎Antisipasi Bencana Cuaca Ekstrem di Jobodetabek Ditemukan Cadangan Gas Bumi di Sumur Geng North-1 Kaltim, SKK Migas: Jadi Game Changer ‎Eks Staf Ahli Anggota DPD Minta KPK Usut Dugaan Korupsi Mantan Bosnya Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian Terpusat di Sukabumi

Ekonomi

Investasi Real Estat Asia Pasifik Catat Kinerja Kuartal Terbaik Sejak 2022

Avatarbadge-check


					Ilustrasi Properti di Jakarta (Shutterstock) Perbesar

Ilustrasi Properti di Jakarta (Shutterstock)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Investasi real estat komersial di Asia Pasifik meningkat 28% secara tahunan (YoY) pada Q3/2024, mencapai US$38,8 miliar. Ini merupakan volume investasi kuartalan tertinggi di Asia Pasifik sejak siklus kenaikan suku bunga tahun 2022 dan pertumbuhan kuartalan keempat kalinya secara berturut-turut di wilayah tersebut.

Berdasarkan data dan analisis dari perusahaan konsultan properti global JLL, total volume investasi tahun berjalan (YTD) 2024 mencapai US$96,3 miliar, meningkat 82% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Seluruh sektor properti utama, kecuali sektor hunian, mencatat pertumbuhan volume investasi, ditandai dengan investasi antar negara yang mencapai US$14,5 miliar tahun berjalan, meningkat 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan investasi lintas negara ini didorong oleh minat tinggi investor asing pada aset perkantoran dan logistik.

Jepang tetap menjadi pasar paling aktif di Asia Pasifik, dengan volume perdagangan senilai US$8,4 miliar pada kuartal ketiga, didorong oleh akuisisi portfolio hotel besar-besaran dan rekor jumlah wisatawan.

Singapura juga menunjukkan kinerja yang baik dengan nilai transaksi sebesar US$4,4 miliar pada kuartal ketiga, meningkat 118% dibandingkan kuartal ketiga 2023, berkat tingginya permintaan dari investor institusi terhadap aset industri dan ritel.

“Banyak faktor yang berperan mendorong volume transaksi di Asia Pasifik di kuartal ketiga, dan kami yakin tren ini akan terus meningkat dengan perkiraan penurunan biaya pinjaman di pasar utama regional,” kata CEO Asia Pacific Capital Markets, JLL, Stuart Crow.

“Ditambah dengan penurunan valuasi properti, kami memperkirakan tahun 2025 akan menjadi momen yang kuat untuk memasuki pasar, di mana investor yang bergerak lebih awal kemungkinan akan menghadapi persaingan yang lebih sedikit dibanding investor lain,” Stuart menambahkan.

Di seluruh Asia Pasifik, sektor perkantoran dan logistik menyumbang lebih dari setengah nilai investasi. Di sektor perkantoran, Seoul dan Tokyo menjadi pemain utama dengan fundamental perkantoran yang kuat.

Pertumbuhan penyewaan pun terus melampaui tingkat inflasi di Seoul berkat permintaan yang tinggi, sampai-sampai tidak ada stok ruang perkantoran grade-A yang tersisa untuk tahun 2025.

Di Tokyo, tingkat kekosongan ruang perkantoran grade-A mendekati di angka -3%, sedangkan penyewaan ruang kantor tercatat naik tiga perempat dari pertumbuhan berturut-turut di kuartal ketiga.

Sektor logistik didukung oleh transaksi portofolio yang besar, investor lokal dan asing optimis terhadap sektor logistik di Jepang berkat prospek penyewaan yang bagus. Volume transaksi logistik di Australia juga melonjak, terutama di pasar-pasar strategis seperti Sydney dan Melbourne.

Investasi besar dalam infrastruktur juga mulai muncul, bersamaan dengan alternatif real estat komersial seperti pusat data, memanfaatkan momentum global untuk infrastruktur digital, energi terbarukan, dan keamanan energi (energy security).

Penggalangan dana untuk infrastruktur yang berfokus di Asia Pasifik menunjukkan kenaikan pada semester pertama 2024, mencapai US$13,2 miliar didorong oleh kesepakatan pendanaan seperti KKR Asia Pacific Infrastructure Investors II (US$6,4 miliar).

Seiring lonjakan pasokan energi terbarukan di Asia Pasifik, yang mencakup 70% dari kapasitas listrik terbarukan secara global pada 2023, akan ada lebih banyak pendanaan yang akan tersalurkan ke sektor infrastruktur.

“Seiring meredanya inflasi di kawasan ini dan penurunan suku bunga The Fed pada bulan September, kami melihat bank sentral di Asia Pasifik mulai memasuki siklus penurunan suku bunga,” kata Head of Investor Intelligence, Asia Pacific, JLL, Pamela Ambler.

“Imbal hasil properti mungkin akan mengikuti tren serupa, namun suku bunga jangka panjang diperkirakan tetap lebih tinggi dibandingkan dekade terakhir. Investor perlu memperhatikan bagaimana pasar meresponsnya,” ujar Pamela Ambler.

Pamela menyebut, dalam hal transparansi, Asia Pasifik telah mengalami peningkatan yang signifikan, mencatat rata-rata peningkatan tertinggi sejak 2022. “Transparansi akan menarik lebih banyak investasi di kawasan ini,” imbuhnya.

[red]

Berita Terbaru

Pak Bahlil, Masalah Impor Minyak Tidak Tergantung Beroperasinya RDMP Balikpapan

11 December 2024 - 16:55 WIB

Samuel Rizal dan Menteri Bahlil Lahadalia serta istri, di kantor BKPM, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (24/12) (Foto: Grid.ID / Annisa Dienfitri)

Aceh Jadi Pusat Hilirisasi Gas Bumi dan Getah Pinus

11 December 2024 - 16:08 WIB

Ilustrasi hilirisasi gas. (Indonesiawatch.id/Dok. Pertamina)

Pemerintah Siapkan Sejumlah Langkah ‎Antisipasi Bencana Cuaca Ekstrem di Jobodetabek

11 December 2024 - 14:19 WIB

Ditemukan Cadangan Gas Bumi di Sumur Geng North-1 Kaltim, SKK Migas: Jadi Game Changer

11 December 2024 - 13:32 WIB

Ilustrasi Sumur Geng North-1 (Foto: SKK Migas)

‎Eks Staf Ahli Anggota DPD Minta KPK Usut Dugaan Korupsi Mantan Bosnya

11 December 2024 - 10:21 WIB

Populer Berita Hukum