Menu

Dark Mode
Perubahan Paradigma Stratifikasi Sosial, Pemicu Korupsi Di Indonesia Penyidikan Megakorupsi Pertamina yang Terorganisir Oknum Lelang Katering RS Jiwa Aceh Diduga Catut Nama Gubernur Mualem Aji Mumpung Yandri Susanto Rusak Etika Berbangsa Bernegara CERI Bongkar Dokumen-dokumen Skandal Oplos BBM Pertamina Pernyataan Menteri ESDM Blunder Lagi, Eks Dirjen Minerba: Bahlil Omon-omon Saja karena Nggak Ngerti

Politik

Lawatan Prabowo ke Sejumlah Negara, Politik Bebas Aktif, Kiblat Pertahanan

Avatarbadge-check


					Menhan Prabowo dan Presiden Turki Erdogan (Doc. Kemhan) Perbesar

Menhan Prabowo dan Presiden Turki Erdogan (Doc. Kemhan)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus presiden terpilih RI Prabowo Subianto melakukan lawatan ke sejumlah negara dalam kurun beberapa bulan terakhir. Cina menjadi negara pertama yang dikunjungi Prabowo usai dinyatakan menang dalam kontestasi Pilpres 2024.

Dalam kunjungan kenegaraan ke negara tirai bambu pada 1 April 2024, Prabowo bertemu langsung dengan Presiden Cina Xi Jinping. Dalam pertemuan dengan Xi Jinping, Prabowo menekankan tentang hubungan bilateral dan kerja sama di bidang pertahanan di antara kedua negara.

Pada Juli ini, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) ini melakukan kunjungan kerja kedua negara sekaligus, yakni Rusia dan Turki. Prabowo melakukan lawatan ke Turki pada 30 Juli 2024. Dalam kesempatan itu, ia bertemu langsung dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan.

Sehari setelah kunjungan ke Ankara, Prabowo bertandang ke Rusia dan melakukan pertemuan langsung dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin di Istana Kepresidenan Kremlin, Moskow, Rusia. Keduanya bicara tentang pentingnya penguatan kerja sama bilateral dan penekanan kerja sama di bidang ketahanan pangan dan energi.

Sepanjang empat tahun terakhir, Prabowo tercatat empat kali berkunjung ke Rusia. Presiden Putin merupakan kepala negara keempat yang ditemui Prabowo dalam rangkaian lawatan luar negerinya pada Juli lalu. Prabowo sebelumnya bertemu dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron di Paris, Presiden Serbia Aleksander Vučić di Beograd, dan Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan di Ankara.

Analis Politik dari Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Yohanes Sulaiman menyatakan, safari Prabowo ke sejumlah negara mulai dari Cina, Rusia, dan Turki memperlihatkan kebijakan politik luar negeri Prabowo yang bersahabat dengan banyak negara (neighbourhood policy).

“Dari yang kita bisa perhatikan sejak kunjungan Prabowo ke Beijing, kelihatannya dia tidak akan banyak berubah dari kebijakannya sekarang, yakni membina hubungan persahabatan dengan semua kubu,” kata Yohanes ketika diwawancara Indonesiawatch.id.

Kunjungan tersebut menegaskan bahwa politik bebas aktif menjadi pakem yang dianut Prabowo pada masa pemerintahannya nanti. Hal tersebut juga menjauhkan stigma bahwa Indonesia akan lebih dekat ke poros barat dan menjaga jarak dengan blok lainnya.

“Tak heran kunjungan ke Beijing kemarin dilanjutkan dengan Tokyo dan KL. Kunjungan ke Paris, dilanjutkan dengan Belgrade, Ankara, dan Moskow. Ini agar tidak ada persepsi kita terlalu dekat ke satu kubu,” ujar Yohanes.

Dosen Hubungan Internasional UNJANI itu menyatakan, kebijakan Prabowo bisa jauh lebih aktif daripada Jokowi saat ini. “Cuma tentu saja ini mengingatkan kembali dengan kebijakan SBY, yang Thousand Friends and Zero Enemy. Pertanyaannya tentu saja, apakah Prabowo bisa membuat terobosan, atau akan seperti SBY yang dikritik sebagai banyak simbolisme kunjungan kemana-mana tapi tanpa hasil?” ucap Yohanes.

Terkait kerja sama bidang pertahanan dengan Rusia, Cina, dan Turki, Yohanes memberikan sejumlah catatan. Menurutnya, kerja sama dengan Turki dilakukan Indonesia untuk membidik alutsista drone dan persenjataan mereka. Sementara, untuk Cina, kemungkinan Indonesia akan memasok rudal atau amunisi udara.

“Tapi sampai sekarang masih belum jelas juga, mungkin kita masih ingat rudal China yang bekerja tidak sesuai harapan yang malah merusak karier KASAL (Kepala Staf Angkatan Laut) waktu itu,” ucap Yohanes.

Selanjutnya, kerja sama dengan Rusia akan lebih banyak di bidang energi, pangan, dan pendidikan. “Kemudian, untuk Rusia, saya tidak yakin kita akan membeli persenjataan dari mereka. Pertama, ada embargo dari blok barat. Kedua, melihat performa Rusia di Ukraina, kita harus bertanya-tanya apakah kita memang mau membeli persenjataan seperti itu?” tuturnya.

Yohanes menyangsikan Prabowo akan berfokus pada Rusia untuk menggalang kerja sama bidang pertahanan mengingat tingginya risiko. “Belum lagi sekarang Rusia kehabisan senjata, produksinya difokuskan untuk Ukraina, kita sudah jelas tidak akan bisa dapat apa-apa dalam waktu singkat kalau kita beli senjata,” ia menjelaskan.

[red]

 

Berita Terbaru

Perubahan Paradigma Stratifikasi Sosial, Pemicu Korupsi Di Indonesia

15 March 2025 - 09:11 WIB

Penyidikan Megakorupsi Pertamina yang Terorganisir

14 March 2025 - 13:08 WIB

Pengamat Ekonomi Energi UGM dan Mantan Anggota Tim Anti Mafia Migas, Fahmy Radhi.

Oknum Lelang Katering RS Jiwa Aceh Diduga Catut Nama Gubernur Mualem

14 March 2025 - 08:11 WIB

Rumah Sakit Jiwa Aceh.

CERI Bongkar Dokumen-dokumen Skandal Oplos BBM Pertamina

10 March 2025 - 08:30 WIB

Febrie Adriansyah, Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) di Kejaksaan Agung (Foto: Kompas)

Pernyataan Menteri ESDM Blunder Lagi, Eks Dirjen Minerba: Bahlil Omon-omon Saja karena Nggak Ngerti

6 March 2025 - 18:08 WIB

Bahlil Lahadalia (Doc. Jawapos)
Populer Berita Ekonomi