Jakarta, Indonesiawatch.id – Presiden RI Prabowo Subianto langsung melakukan kunjungan diplomatik ke Cina hingga Amerika Serikat (AS) usai dilantik pada 20 Oktober 2024 lalu. Sepak terjang dan kepiawaian di kancah internasional mengundang perhatian masyarakat Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto disebut kembali memakai taktik diplomasi peci hitam ala Sukarno. Istilah ini muncul karena kebiasaan Sukarno atau Bung Karno memakai peci hitam dalam sejumlah kesempatan, termasuk acara penting kenegaraan dan bertemu dengan tokoh penting dunia.
Pengamat komunikasi politik, Emrus Sihombing mengapresiasi langkah Prabowo dan rombongan memakai peci hitam dalam pertemuan resmi dengan negara lain dalam lawatan perdananya.
“Kita lihat peci ini sebagai simbol nasional Indonesia. Prabowo sangat menghormati budaya Indonesia dan Bung Karno sebagai pendiri bangsa. Peci hitam juga dipakai tokoh nasional, Bung Karno, dan pejuang kita,” kata Emrus Sihombing dilansir dari TribunNews.
Melalui peci hitam, Prabowo dinilai turut mempromosikan budaya Indonesia di mata dunia. Emrus juga mendorong para pejabat di Indonesia membudayakan penggunaan peci hitam saat bertugas.
“Para pejabat kita, dari tingkat kepala desa, camat, bupati, wali kota, gubernur sampai menteri dan presiden-wakil presiden idealnya memakai peci saat melaksanakan tugas,” kata Emrus.
Prabowo memakai peci hitam saat bertemu Presiden Tiongkok, Xi Jinping hingga Presiden AS, Joe Biden. Prabowo dan para menteri juga kompak memakai peci hitam saat menghadiri KTT APEC 2024 di Peru.
Termasuk saat melakukan pertemuan bilateral dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, di Rio de Janeiro, Brasil, pada Minggu, 17 November 2024.
“Menurut saya, penggunaan peci dapat menegaskan simbol ke-Indonesiaan kita. Bukankah Jepang pakai simbol negaranya juga dengan kimono? Bukankah India juga pakai pakaian khas mereka,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Emrus menilai penggunaan peci hitam bisa terus diterapkan Prabowo dan para pejabat negara di setiap tugas kenegaraan. Baik saat pertemuan bilateral antarnegara maupun tugas dalam negeri.
“Apa yang dilakukan Prabowo baik sekali, saya apresiasi, sehingga nilai kita, budaya kita, tercermin dari pemakaian peci Pak Prabowo di setiap kunjungan ke luar negeri maupun di dalam negeri,” tutur Emrus.
Selain itu, menurutnya peci hitam sebagai identitas nasional bisa diterapkan di setiap kalangan. Ia menegaskan, peci hitam bukan simbol agama tertentu. “Peci untuk pluralitas, tidak untuk suatu agama tertentu. Tapi simbol keindonesiaan baik latar belakang suku maupun agama yang berbeda,” pungkasnya.
[red]