Menu

Dark Mode
Perubahan Paradigma Stratifikasi Sosial, Pemicu Korupsi Di Indonesia Penyidikan Megakorupsi Pertamina yang Terorganisir Oknum Lelang Katering RS Jiwa Aceh Diduga Catut Nama Gubernur Mualem Aji Mumpung Yandri Susanto Rusak Etika Berbangsa Bernegara CERI Bongkar Dokumen-dokumen Skandal Oplos BBM Pertamina Pernyataan Menteri ESDM Blunder Lagi, Eks Dirjen Minerba: Bahlil Omon-omon Saja karena Nggak Ngerti

Politik

Tsunami Golkar, Dinamika Politik Agustusan, Sebuah Peta-Analisis

Avatarbadge-check


					Airlangga Hartarto (Doc. CNN Indonesia) Perbesar

Airlangga Hartarto (Doc. CNN Indonesia)

Tsunami Golkar, Dinamika Politik Agustusan, Sebuah Peta-Analisis

Oleh: Ray Rangkuti*

 

Pidato Airlangga hampir seluruhnya pidato sukses. Pidato yang lebih patut diungkapkan sebagai alasan tidak mundur daripada mundur.

 

Hanya berbilang satu minggu di Agustus ini, tiga peristiwa mengguncang Golkar. Dan keduanya merupakan peristiwa yang sulit dinalar. Saya jabarkan satu-satu peristiwa dimaksud. Pertama, dukungan Golkar kepada Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur (cagub) Jawa Barat di tengah elektabilitas kadernya sendiri, Ridwan Kamil (popular dengan sebutan RK), yang sulit dikejar. Secara nalar, hal ini sulit dipahami.

Kedua, mencalonkan RK sebagai cagub Jakarta dengan elektabilitas yang hanya 10%. Padahal, waktu pencoblosan tinggal dua bulan lagi. Tak terbayangkan, dalam dua bulan ke depan bagaimana mengerek elektabilitas RK untuk melampaui elektabilitas Anies yang sudah mencapai 40%. Ada cara memang, salah satunya memborong partai. Sehingga bakal calon dengan elektabilitas tertinggi tidak dapat mencalonkan diri. Dan situasi ini, mulai terlihat di Jakarta. Hampir semua parpol akan bergabung ke kubu Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan hanya menyisakan PDIP di luar yang sudah pasti tidak dapat mencalonkan paslon karena kurang kursi.

Ketiga, sekaligus terakhir. Ini paling hangat: Airlangga Hartarto, Ketua Umum (Ketum) Golkar, menyatakan mundur dari kursi ketum. Pernyataan mundur Airlangga ini jelas sangat mengejutkan alam semesta politik Indonesia. Bukan saja karena ia merupakan ketum salah satu parpol besar di Indonesia, tapi juga karena tidak ada alasan yang terdengar logis, jelas dan konstitusional untuk mundur. Oleh karena itu, pengunduran diri Airlangga itu terdengar aneh, tiba-tiba dan tentu saja mengejutkan.

Selanjutnya, saya membangun analisis, mengapa kita sebut hal ini sulit dinalar?

Pertama, umumnya ketum mundur atau dimundurkan karena tiga hal. Pertama, melakukan tindakan yang melanggar hukum, Kedua, dinyatakan tidak sukses dalam program dan kinerja, Ketiga, melakukan tindakan yang melanggar aturan partai. Tiga hal ini tidak ditemukan dalam pemunduran diri Airlangga.

Kedua, alih-alih terjadi seperti di atas, yang ada malah sebaliknya. Airlangga sukses membawa Golkar meningkatkan perolehan suara pada pileg 2024 lalu. Saat yang sama, sukses pula memenangkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden/wakil presiden. Sehingga tidak ada alasan konstitusional, rasional dan kinerja yang memungkinkan tuntutan pemunduran diri Airlangga.

Hal ini diperkuat oleh Airlangga dalam pidato pemunduran dirinya seperti dalam rekaman video yang beredar di tengah masyarakat. Pidato Airlangga hampir seluruhnya pidato sukses. Pidato yang lebih patut diungkapkan sebagai alasan tidak mundur daripada mundur. Dengan isi pidato seperti itu, sejatinya, kesimpulannya bukanlah mundur tapi tetap terus memimpin Golkar.

Keempat, tidak terdengar suara ingar bingar apapun, di level manapun dari kepengurusan maupun anggota Golkar yang menuntut Airlangga untuk mundur. Sebelumnya, memang ada gerakan menuju Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub). Saat itu, Airlangga malah bertahan. Tidak ada cerita mundur dan Munaslub.

Terakhir, jadwal untuk munas Golkar juga sudah dekat. Hanya berbilang empat bulan lagi ke depan. Dengan jadwal munas yang begitu dekat, pastilah ada kesabaran untuk menunggunya.

Maka, kesimpulan dari semua yang disebutkan di atas, pengunduran diri ini sebagai sesuatu yang sulit dinalar. Maka, jika tidak ditemukan hal-hal yang bersifat logis dan konstitusional, tentu saja, harus dilihat dari aspek lain. Misalnya dari aspek usia, kesehatan atau ada persoalan hukum. Dan kesemuanya, hanya Airlangga yang tahu.

Hanya saja, pengunduran diri Airlangga Hartarto ini akan berimplikasi terhadap kesiapan Golkar menghadapi pilkada November 2024 yang akan datang. Perlu diketahui, minggu keempat Agustus pendaftaran pasangan calon dibuka. Artinya, paling lambat minggu ketiga Ketum baru Golkar sudah ditetapkan.

Dan, apakah nasib KIM Plus akan terancam? Kita tunggu saja lanjutannya.

*) Penulis Pemerhati Politik sekaligus Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia

Berita Terbaru

Perubahan Paradigma Stratifikasi Sosial, Pemicu Korupsi Di Indonesia

15 March 2025 - 09:11 WIB

Penyidikan Megakorupsi Pertamina yang Terorganisir

14 March 2025 - 13:08 WIB

Pengamat Ekonomi Energi UGM dan Mantan Anggota Tim Anti Mafia Migas, Fahmy Radhi.

Oknum Lelang Katering RS Jiwa Aceh Diduga Catut Nama Gubernur Mualem

14 March 2025 - 08:11 WIB

Rumah Sakit Jiwa Aceh.

CERI Bongkar Dokumen-dokumen Skandal Oplos BBM Pertamina

10 March 2025 - 08:30 WIB

Febrie Adriansyah, Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) di Kejaksaan Agung (Foto: Kompas)

Pernyataan Menteri ESDM Blunder Lagi, Eks Dirjen Minerba: Bahlil Omon-omon Saja karena Nggak Ngerti

6 March 2025 - 18:08 WIB

Bahlil Lahadalia (Doc. Jawapos)
Populer Berita Ekonomi