Eks Pangdam XII/Tanjungpura Mayjend TNI Iwan Setiawan Ditunjuk Jadi Danpussenif Legislator Ini Minta Pertamina Dibubarkan Jaksa Siapkan Dakwaan Pencucian Uang Rp73 Miliar Panji Gumilang Dua Bos Smelter Timah Dituntut 14 Tahun Penjara, GM PT TIN 6 Tahun Leletnya Birokrasi Sektor Tambang, Smelter Bijih Besi di Indonesia Gulung Tikar Kesulitan Dapat Bahan Baku, AP3I: Ada Smelter Indonesia Impor Nikel Ore

Daerah

Wawancara Eksklusif Ketum Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (TIM) Muslim Armas

Avatarbadge-check


					Ketua Umum Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda, Muslim Armas (IW Grafis). Perbesar

Ketua Umum Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda, Muslim Armas (IW Grafis).

Muslim Armas, perantau Aceh yang berjuang untuk kampung halaman. Ide dan program-program Muslim Armas, menyatukan masyarakat Aceh di perantauan. Kepedulian terhadap kampung halaman, sudah dipupuk sejak Muslim Armas kecil.

Jakarta, Indonesiawatch.id – Meskipun sudah lama merantau, Muslim Armas selalu peduli dengan kampung halamannya: Aceh. Keacehan Muslim Armas selalu melekat, dimanapun dia berada.

Muslim Armas mendedikasikan dirinya untuk aktif di organisasi sosial dan paguyuban Aceh di tanah rantau. Mulai dari menjabat sebagai Ketua Alumni ITB asal Aceh, Ketua Serikat Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), Ketua Umum Keluarga Ureung Pidie (KUPI) hingga menjadi Ketua Umum Taman Iskandar Muda (TIM) 2022-2026.

Kecintaannya terhadap budaya Aceh sudah terbangun sejak kecil. Ketika tinggal di Medan, Muslim Armas kecil selalu diwajibkan berbahasa Aceh jika berbicara dengan orangtuanya.

“Sejak kecil, Saya dengan orang tua selalu bahasa Aceh, meskipun sudah di perantauan,” kata Muslim Armas di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, (7/6). Berikut wawancara lengkap redaksi Indonesiawatch.id dengan Muslim Armas:

Bagaimana peran Taman Iskandar Muda (TIM) di tanah perantauan?
TIM ada sejak 1950, 74 tahun. Jadi sudah sangat lama berdiri. Sekarang ada 53 cabang sampai Papua. Kita berharap Masyarakat Aceh di perantauan lebih solid lagi. Tentu juga bagaimana memikirkan Aceh juga. Tidak hanya memikirkan Masyarakat Aceh di perantauan tetapi juga sebagai tanggung jawab kita sebagai putra Aceh, kita memikirkan kampung halaman kita, Aceh.

Apa saja strategi Anda sebagai ketua Taman Iskandar Muda (TIM), untuk menjangkau Masyarakat Aceh di perantauan?
Kita aktif melakukan program dan kegiatan. Selama ini, kegiatan rutin berjalan dengan baik. Kemudian juga termasuk penggalangan dana, dalam berbagai kegiatan, event. Baik untuk Zakat, Infak, dan Sedekah. Kemarin kita sumbang ke Palestina. Alhamdulillah terkumpul lebih dari Rp400 juta. Kita sumbangkan juga ke Palestina, lewat organisasi Mer-C, lembaga kemanusiaan yang aktif membantu Palestina. Kita serahkan kepada Mer-c, agar bisa merenovasi Rumah sakit Indonesia yang ada di Gaza, yang telah porak-poranda karena serbuan Israel.

Kedua, kita sedang menyiapkan tanah makam. Kalau ada Masyarakat Aceh yang meninggal dunia, tidak harus pulang ke Aceh, tetapi bisa dimakamkan di sini. Kita sudah menyiapkan tanah makam tersebut. Insyaallah hal-hal yang bersifat sosial, keagamaan, kita jalankan sebagai tanggung jawab kita sebagai pimpinan dari Masyarakat Aceh.

Alhamdulilah 23 Mei kemarin, kita mengadakan Halalbihalal. Bahkan bukan Masyarakat Aceh di Jakarta saja atau di Jabodetabek saja, dari Bandung ada, dari luar negeri juga datang. Banyak tokoh-tokoh yang hadir. PJ gubernur hadir, pak Bustami (Bustami Hamzah). Anggota DPR, DPRA juga hadir, termasuk juga PJ walikota dan PJ bupati, hadir. kita menampilkan budaya Aceh, seperti makanan dan kesenian Aceh.

Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (PPTIM) menyerahkan donasi dari masyarakat Aceh yang menetap di Jakarta dan sekitarnya untuk rakyat Palestina di Gaza melalui MER-C (3/2/2024) (Dok. Mer-C).

Bagaimana saat ini pelaksanaan program penyediaan lahan makam untuk Masyarakat Aceh di perantauan?
Kita targetkan di 3 lokasi di Jabodetabek. Sebelah Barat, Timur dan Selatan. Yang sekarang sedang kita siapkan. Alhamdulillah sekarang sudah ada di lokasi bagian barat. Di Cikeusal, dekat dengan pintu tol. Tidak sampai 1 km dari pintu tol Cikeusal. Sekitar 500 meter, nggak jauh dari pintu tol.
Kita ingin masyarakat Aceh, khususnya yang ada di Barat, bisa dimakamkan di sana. Alhamdulillah itu sudah dibebaskan lahannya. Dan kita juga sedang berusaha mencari lahan untuk di sebelah timur dan di sebelah Selatan. Yang sudah kita bebaskan sekitar 2000 meter.

Apakah program ini hanya dilakukan di kawasan Jabodetabek?
Cabang-cabang di daerah lain juga sedang menyiapakan lahan untuk makam, tetapi masih dalam skala kecil. Jadi sekarang nggak perlu khawatir lagi, Masyarakat Aceh yang ada di aceh, kalau ada keluarga yang meninggal di perantauan, harus dimakamkan di Aceh. Karena proses pemulangan itu makan waktu, biaya, energi. Kalau sudah ada pemakamam ini, bisa langsung ke tempat pemakaman Masyarakat Aceh di perantauan. Sebagian cabang juga sudah bebaskan lahan. Dan target kita lebih besar lagi lahan yang kita bebaskan. Bahkan kita juga mau bebaskan lahan makam untuk sebagian jadi pesantren. Agar mereka juga bisa menjaga makam juga.

Bagaimana strategi agar program lahan makam untuk masyarakat Aceh perantauan ini bisa lebih baik lagi?
Kita ingin bekerjasama dengan Pemda Aceh juga. Karena kalau kita sendiri semua kan jadi agak berat. Karena Pemda Aceh juga berkepentingan. Selama ini Pemda Aceh juga ikut membantu pemulangan jenazah dari tanah perantauan. Karena itu kita ingin ada partisipasi Pemda Aceh. Daripada biayanya lebih besar memulangkan jenzah Masyarakat Aceh, lebih baik dimakamkan di sini. Kalau ada kerjasama, siapa tahu bisa lebih luas lahannya, dan lebih banyak titik lokasinya. Ini yang sedang kita jajaki. Tapi paling nggak mulai dulu dari kita. Nanti Pemda Aceh tinggal lihat. Dan polanya bisa diaplikasikan di daerah-daerah lain.

Banyak orang daerah sukses di perantauan, tetapi lupa kampung halaman. Apa yang memotivasi Anda, sehingga tetap peduli dengan kampung halaman?
Kampung halaman ini kan diwarikan oleh Indatu kita, nenek moyang kita. Jadi orang tua saya sejak muda sudah merantau, saya sendiri lahir di perantauan dan besar di perantauan, tapi kita merasa terpanggil. Karena kita merasa terpanggil. Saudara dan keluarga masih banyak yang lahir dan besar di Aceh, yang butuh perhatian dari kita.

Memang yang merantau ini butuh perjuangan. Dan ketika berhasil di perantauan, wujud rasa syukur kita, harus kita wujudkan dengan memajukan tanah leluhur kita. Tidak hanya cukup dengan kata-kata, perhatian kita dengan kampung halaman. Syukur kita sudah diberikan sedemikian rupa oleh Allah SWT. Keberhasilan kita juga adalah doa-doa saudara kita yang di kampung halaman kita. Kalau bukan kita, siapa lagi. Dan kepedulian kita dengan kampung halaman, nggak usah nunggu kita sudah sangat tua. Kita harus ingat kampung halaman, selagi kita masih kuat, selagi kita masih bisa. Kita harus perhatikan. Apalagi daerah kita tertinggal dari daerah lainnya. dan daerah lain juga maju, karena dibantu oleh perantau-perantau mereka.

Keluarga Besar (KB) Taman Iskandara Muda Aceh, Se-Jabodatek mengadakan kegiatan Halal Bi Halal, di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta Timur, (23/5/2024).

Mengapa Anda terus konsisten peduli dengan Aceh?
Alhamdulillah saya dididik oleh orang tua. Bagaimana pun kita sejak kecil ditanamkan bahasa daerah. Saya dengan orang tua selalu bahasa Aceh, meskipun sudah di perantauan. Dari sejak kecil, saya ditanamkan keacehan, keislaman. Guru-guru ngaji saya juga dari Aceh. Ustadz dari aceh. Dan saudara-saudara dari Aceh.

Dulu sewaktu kecil, kalau saudara dari Aceh ke Medan, itu selalu menginap di tempat kita. Dengan mereka juga saya berbahasa Aceh. Walaupun saya tidak lahir di Aceh, tapi karena orang tua dan teman-teman orang tua, mereka sangat kompak di Medan. Bagaimana mereka menanamkan kepada anak-anaknya agar mencintai Aceh. Sehingga ketika saya kuliah di Bandung, dan sekarang tinggal di Jakarta, tetap saya ingat kampung halalman. Bahkan 15 tahun terakhir, hampir setiap bulan saya pulang ke Aceh.

Apa filosofih hidup Anda, sehingga mendorong Anda terus mencintai Aceh?
Di dunia ini apa sih yang perlu diperjuangkan. Tentu yang kita perjuangkan adalah budaya kita, agama kita, bangsa kita. Indonesia kita. Tentu daerah juga perlu diperjuangkan. Dan kalau ada yang kita ingin perjuangkan, tentu hidup kita lebih berarti.
[red]

Berita Terbaru

Eks Pangdam XII/Tanjungpura Mayjend TNI Iwan Setiawan Ditunjuk Jadi Danpussenif

10 December 2024 - 16:01 WIB

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menunjuk Eks Pangdam XII/Tanjungpura, Mayjen TNI Iwan Setiawan menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Danpussenif)

Legislator Ini Minta Pertamina Dibubarkan

10 December 2024 - 15:45 WIB

Ilustrasi 5 kasus korupsi di Pertamina. (Indonesiawatch.id/Dok. Pertamina)

Jaksa Siapkan Dakwaan Pencucian Uang Rp73 Miliar Panji Gumilang

10 December 2024 - 14:04 WIB

Penyerahan tahap II tersangka Panji Gumilang di Kejari Indramayu. Tim JPU segera siapkan surat dakwaan Panji Gumilang dalam perkara pencucian uang Rp73 miliar. (Indonesiawatch.id/Dok. Kejagung)

Dua Bos Smelter Timah Dituntut 14 Tahun Penjara, GM PT TIN 6 Tahun

10 December 2024 - 12:15 WIB

JPU membacakan tuntutan terhadap para terdakwa korupsi hingga pencucian uang perkara timah. (Indonesiawatch.id/Ist)

Leletnya Birokrasi Sektor Tambang, Smelter Bijih Besi di Indonesia Gulung Tikar

10 December 2024 - 12:08 WIB

Ilustrasi penambangan bijih besi.
Populer Berita Minerba