Eks Pangdam XII/Tanjungpura Mayjend TNI Iwan Setiawan Ditunjuk Jadi Danpussenif Legislator Ini Minta Pertamina Dibubarkan Jaksa Siapkan Dakwaan Pencucian Uang Rp73 Miliar Panji Gumilang Dua Bos Smelter Timah Dituntut 14 Tahun Penjara, GM PT TIN 6 Tahun Leletnya Birokrasi Sektor Tambang, Smelter Bijih Besi di Indonesia Gulung Tikar Kesulitan Dapat Bahan Baku, AP3I: Ada Smelter Indonesia Impor Nikel Ore

Hiburan

“Zona Merah”, Teror Mayit dan Kejahatan Politik di Rimbalaya

Avatarbadge-check


					Poster Zona Merah (Doc. Vidio) Perbesar

Poster Zona Merah (Doc. Vidio)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Maya, buruh pabrik kayu, berjuang menghidupi adiknya, Adi, setelah kematian orang tua mereka. Bersamaan dengan itu, ada jurnalis Risang yang sedang menyelidiki Bupati Zaenal yang korup di daerah bernama Rimbalaya.

Adi menghilang dan ditemukan di pusat rehabilitasi Zaenal, tempat cikal bakalnya peristiwa misterius. Sementara itu, hadir Ella, gadis dari Jakarta yang dalam perjalanan ke rumah neneknya, terjebak dalam peristiwa naas.

Maya, Risang, Adi dan Ella dipertemukan dalam nasib yang sama, terjerumus dalam pusaran konflik politik kotor dan perebutan kekuasaan, dan mereka harus menghadapi serangan mayit yang muncul dengan cara misterius dan terus bertambah jumlahnya. Berpacu dengan waktu, mereka berusaha menyelamatkan orang-orang yang mereka cintai dan keluar dari Rimbalaya sebelum kota itu menjadi zona merah yang terisolasi total.

Bayangkan dunia di mana kegelapan malam bukan satu-satunya hal yang harus ditakuti. Di tengah sulitnya kaum marjinal bertahan hidup karena himpitan kekuasaan, ancaman baru yang disebut mayit muncul dari kegelapan. Lebih mematikan daripada yang pernah dibayangkan!

Vidio dengan bangga mempersembahkan original series terbarunya yang paling ditunggu-tunggu, Zona Merah. Series ini disutradarai oleh sineas kawakan Sidharta Tata dan Fajar Martha Santosa. Zona Merah siap menawarkan pengalaman menonton yang belum pernah ada sebelumnya dengan membawa penonton ke dalam dunia apokalips—penuh ketegangan dan adrenalin tanpa henti.

Zona Merah diproduksi oleh Screenplay Films menghadirkan sejumlah aktor berbakat lintas generasi seperti: Aghniny Haque, Andri Mashadi, Lukman Sardi, Devano Danendra, Maria Theodore, Ruth Marini, dan Ratna Riantiarno.

Sidharta Tata dan Fajar Martha Santosa adalah sutradara sekaligus penulis skenario kawakan, yang membidani lahirnya Zona Merah. Tergabung dalam PENAKAWAN, sebuah creative house dari Yogyakarya, bersama para tim kreator dan pengembang cerita, mereka menggarap Zona Merah dengan persiapan matang sejak akhir tahun 2023.

“Secara tema cerita, kami mencoba untuk melihat situasi atau fenomena yang terjadi di Indonesia. Ada seorang bupati yang membuat kerangkeng manusia untuk para pekerjanya di tempat rahasia dan membuat gempar. Beritanya sudah lewat, tetapi imajinasi kami tetap lanjut,” kata Fajar Martha Santosa dalam cara Gala Premiere Zona Merah di kawasan Metropole, Menteng, Jakarta pada Kamis, 31 Oktober 2024.

“Kami mengembangkan cerita itu untuk ditarik lebih besar lagi, menjadi bertema zombie. Kami di Penakawan kan suka banget memasukkan hal-hal yang konteksnya lokal,” tutur Fajar.

Fajar mengungkapkan bahwa dalam proses berkarya bersama para tim Creator & Story Development, ia senang berimajinasi dengan memasukkan hal-hal yang konteksnya lokal. Dan ini juga mengikuti universe dari Zona Merah sendiri, yaitu Rimbalaya, sebuah kota di Jawa Tengah yang kental dengan kultur Jawa.

Mereka mencari penamaan yang tepat untuk zombie. Dan tercetuslah kata “Mayit”, di mana mayit adalah ucapan ekspresif orang awam di Jawa Tengah tentang manusia yang bangkit dari mati. “Kita tidak perlu membuat kerumitan lain soal zombie. Nah, karena kami juga ingin kita punya zombie kita sendiri, maka dipilihlah nama yang dikenal luas oleh masyarakat indonesia, yaitu Mayit,” ucap Fajar.

Sidharta Tata menyebut, Zona Merah adalah series zombie pertama di Indonesia, dan pihaknya ingin membuktikan bahwa para filmmaker di Indonesia itu bisa mengerjakan produksi yang bisa berkompetisi dengan series dari luar negeri. “Kami mempunyai kru yang kompeten dan sumber cerita yang tidak ada habis-habisnya. Kami ingin series di Indonesia bisa semakin maju dan berkualitas, sehingga penonton tidak mengerdilkan series Indonesia,” ujar Sidharta.

Menurutnya, Zona Merah menjadi lompatan baru dalam kreativitasnya sebagai seorang sutradara dan penulis. “Bersama rekan saya, Fajar Martha Santosa dan kawan-kawan dari Penakawan, kami menggarap cerita yang terinspirasi dari kisah nyata tentang kejahatan terstruktur dari sekelompok elit, yang kemudian digabung dengan cerita urban legend,” katanya.

“Kalau selama ini saya berpengalaman menggarap film atau series bergenre action, horor. Kini saya menggabungkannya menjadi sebuah thriller yang lebih kompleks dan daya mencekam lebih dahsyat dengan kemunculan mayit-mayit hidup,” Sidharta melanjutkan.

Pengalaman impresif dirasakan Aghniny Haque yang berperan sebagai Maya, buruh pabrik kayu yang tangguh, keras kepala, tetapi sangat peduli dengan sekitarnya. Dikisahkan, Maya bersama para rekan buruh yang lain memperjuangkan hak-hak mereka. Maya bekerja keras menghidupi adiknya, Adi, setelah orang tua mereka meninggal.

Ketika Adi menghilang, Maya gigih mencarinya, menunjukkan ketangguhan dan keberanian luar biasa di tengah ancaman dari preman-preman pabrik dan juga wabah mayit yang menyerang. “Fun, thrilling, epic dan tentunya akan menguras emosi bagi yang menonton. Senang akhirnya bisa bekerja sama dengan Mas Tata dan Mas Fajar,” kata Aghniny.

Aghniny mengaku karakter Maya yang diperankannya berbeda dengan karakter yang pernah ia perankan sebelumnya. Terlebih, dalam series ini ia banyak melakukan adegan fisik di lapangan. “Sangat menuntut stamina karena banyak scene action dan adegan dikejar kejar mayit, yang rasanya real karena sedang mempertahankan hidup,” jelas Aghniny.

Di series ini, aktor muda Devano Danendra berperan sebagai Adi, adik Maya. Adi adalah remaja rebel yang sedang mencari jati diri. Tinggal di Kota Rimbalaya, alih-alih sekolah malah ikutan demo, yang berakhir dia masuk ke kamp pekerja paksa milik Zaenal. Adi mempunyai karakter gestur yang cepat, gerak geriknya tidak beraturan, pemikirannya belum dewasa. Kehadirannya menghasilkan elemen komedi pada “Zona Merah”.

“Ini series yang fresh, karena tentang zombie. Tetapi bukan zombie yang ecek-ecek karena skala produksinya mahal. Aku langsung ternganga ketika melihat set-setnya. Apalagi kamp pekerja. Sungguh nyata. Banyak tantangan tapi sekaligus pencapaian yang aku dapat selama syuting,” ucap Devano.

Ia merasa tertantang memerankan karakter Adi, selain proses syuting yang menuntut banyak adegan yang menguras energi dan fisik. “Dengan syuting yang panjang hingga 59 hari, aku juga harus menjaga kestabilan dalam emosi, dialog berbahasa Jawa, berbicara dengan aksen Jawa. Asli ini pengalaman mahal,” kata Devano.

Simak keseruan Zona Merah, original series terbaru dari Vidio ini yang bakal tayang 8 November mendatang.

[red]

Berita Terbaru

Eks Pangdam XII/Tanjungpura Mayjend TNI Iwan Setiawan Ditunjuk Jadi Danpussenif

10 December 2024 - 16:01 WIB

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menunjuk Eks Pangdam XII/Tanjungpura, Mayjen TNI Iwan Setiawan menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Danpussenif)

Legislator Ini Minta Pertamina Dibubarkan

10 December 2024 - 15:45 WIB

Ilustrasi 5 kasus korupsi di Pertamina. (Indonesiawatch.id/Dok. Pertamina)

Jaksa Siapkan Dakwaan Pencucian Uang Rp73 Miliar Panji Gumilang

10 December 2024 - 14:04 WIB

Penyerahan tahap II tersangka Panji Gumilang di Kejari Indramayu. Tim JPU segera siapkan surat dakwaan Panji Gumilang dalam perkara pencucian uang Rp73 miliar. (Indonesiawatch.id/Dok. Kejagung)

Dua Bos Smelter Timah Dituntut 14 Tahun Penjara, GM PT TIN 6 Tahun

10 December 2024 - 12:15 WIB

JPU membacakan tuntutan terhadap para terdakwa korupsi hingga pencucian uang perkara timah. (Indonesiawatch.id/Ist)

Leletnya Birokrasi Sektor Tambang, Smelter Bijih Besi di Indonesia Gulung Tikar

10 December 2024 - 12:08 WIB

Ilustrasi penambangan bijih besi.
Populer Berita Minerba