Menu

Dark Mode
Jejak Dua Tokoh Nasional di Era SBY, Diduga Menitip MRC ke Mantan Dirut Pertamina Alat AI Buatan Anak Bangsa Ini, Bisa Cegah Boncosnya Asuransi Jiwa Laut Direklamasi, Rel Diutangi Bapak Jaksa Agung Patuhi Perintah Presiden, Sikat Direksi BUMN yang Seperti Raja Dilema Sentralisasi Kekuasaan dan Ancaman Disintegrasi di Era Prabowo Ketika Polri Jadi Parcok: Krisis Etika dan Bayang Kekuasaan

Opini

Sekolah Rakyat Program Bercita Rasa Reformasi

Avatarbadge-check


					Ilustrasi Sekolah. (Foto: tribunnews.com) Perbesar

Ilustrasi Sekolah. (Foto: tribunnews.com)

Penulis Opini: Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Sudah 27 tahun perjalanan reformasi yang digadang-gadang sebagai orde demokrasi dan supremasi sipil. Tetapi ketika reformasi tidak diisi oleh revolusi moral dan etika, maka reformasi hanya memproduksi limbah politik, ekonomi, hukum dan sosial.

Bangsa ini semakin kehilangan arah dari cita-cita bernegara. Bangsa ini kembali pada tabiat buruknya, mudah diadu domba dan bangga dengan hal-hal yang berbau asing. Bangsa ini selalu hilang kesadaran bernegara, ketika dihadapkan oleh kepentingan sectoral maupun oleh kepentingan politik sesaat.

Kita harus berani mengatakan reformasi telah memberi sumbangsih terbelahnya bangsa ini. Reformasi telah mengakibatkan lemahnya ketahanan nasional Indonesia, akibat tidak memahami arti kedaulatan bagi sebuah negara.

Di tengah carut marut kehidupan berbangsa bernegara, dimana penegakan hukum hanya tegak kepada kekuasaan politik dan kekuatan materi, sementara pembangunan ekonomi mengarah kepada praktek memiskinkan rakyat, karena anggaran negara bertumpu hanya kepada pajak rakyat dan hutang luar negeri, disisi lain panggung politik nasional dikuasai oleh politik dinasti dan praktek politik sandera.

Tetapi kita patut bersyukur, masih ada kewarasan berfikir untuk melahirkan gagasan kerakyatan yang sangat menyentuh nurani kebangsaan. Tidak dapat dipungkiri program Sekolah Rakyat, bukan sekedar menyekolahkan rakyat kecil, tetapi memiliki makna yang menggugah semangat nasionalisme.

Mengingat program sekolah rakyat telah menjadi perekat elemen bangsa, mengikis dikotomi kaya-miskin, memutus mata rantai kemiskinan structural dan meredam terjadinya konflik social diantara anak bangsa.

Sepanjang 80 tahun bangsa ini menghirup udara merdeka, rakyat tidak pernah beranjak sebagai penonton dari tayangan sinetron “kembalikan Indonesia pada ku”. Rakyat selalu menjadi tamu di rumahnya sendiri, karena rumah telah “dikontrakan” kepada orang asing atau oligarki dan juragan politik.

Kekayaan alam yang melimpah, menjadikan Indonesia bak syurga yang diturunkan Tuhan ke dunia, tetapi semua luxury itu hanya dinikmati segelintir orang. Sesungguhnya bangsa Indonesia adalah bangsa tangguh, tidak lekang oleh ketamakan penguasa yang menjarah hak rakyat, tidak surut oleh ketidak adilan aparat hukum dan tidak gentar oleh ancaman penguasa.

Tetapi bangsa ini tetap optimis menyongsong masa depan, akan tiba saatnya menikmati program-program kerakyatan seperti sekolah rakyat, dari pemimpin yang memiliki kapasitas negarawan. Kemerdekaan suatu bangsa adalah wujud dari kontrak sosial antara penguasa dengan rakyatnya, ketika tanggung jawab tersebut gagal mewujudkan keadilan social, adalah warning akan terjadinya disintegrasi.

Notes: Opini atau tulisan ini merupakan sepenuhnya tanggung jawab penulis

Berita Terbaru

Jejak Dua Tokoh Nasional di Era SBY, Diduga Menitip MRC ke Mantan Dirut Pertamina

2 November 2025 - 20:11 WIB

Sri Radjasa MBA, Pemerhati Intelijen

Laut Direklamasi, Rel Diutangi

31 October 2025 - 22:17 WIB

Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen).

Bapak Jaksa Agung Patuhi Perintah Presiden, Sikat Direksi BUMN yang Seperti Raja

26 October 2025 - 07:42 WIB

Jaksa Agung ST Burhanuddin menyampaikan 4 poin penting dalam Rakernas Kejaksaan RI 2025 yang harus diperhatikan seluruh jaksa. (Indonesiawatch.id/Dok. Kejagung)

Dilema Sentralisasi Kekuasaan dan Ancaman Disintegrasi di Era Prabowo

25 October 2025 - 01:21 WIB

Sri Radjasa MBA, Pemerhati Intelijen

Ketika Polri Jadi Parcok: Krisis Etika dan Bayang Kekuasaan

24 October 2025 - 12:09 WIB

Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen).
Populer Berita Opini