Jakarta, Indonesiawatch.id – Kepolisian Federal Australia (AFP) dan Kepolisian Republik Indonesia merayakan ulang tahun ke-20 Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC). JCLEC merupakan pusat pelatihan yang didirikan kedua institusi setelah peristiwa Bom Bali tahun 2002.
Perayaan Ulang Tahun ke-20 JCLEC dihadiri Kepala AFP Commissioner Reece Kershaw dan Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadiv Hubinter) Polri, Inspektur Jenderal Polisi Krishna Murti. JCLEC telah menyelenggarakan lebih dari 1.800 program kontra-terorisme, penyelundupan manusia, dan pemahaman siber kepada lebih dari 44.000 peserta dari 94 negara, dan keberhasilannya telah menjadi dasar bagi konsep serupa di Australia untuk polisi di Kepulauan Pasifik.
Commissioner Kershaw juga telah bertemu dengan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, sebelum Pertemuan Perwira Senior (SOM) ke-12 antara AFP-Polri yang sangat penting.
Pertemuan SOM menguraikan tantangan kriminal yang dihadapi oleh Australia dan Indonesia, dan membantu mengoordinasikan strategi bersama untuk menghadapi ancaman kejahatan yang masih dihadapi dan yang baru muncul.
Commissioner Kershaw mengatakan, JCLEC merupakan lembaga pelatihan internasional terkenal yang dipimpin bersama oleh AFP dan Polri. Lembaga ini telah menjadi bagian integral dalam menjaga kedua negara, dan kawasan yang lebih luas, agar tetap aman dari berbagai kejahatan.
“Bom Bali merupakan tragedi mengerikan yang meninggalkan bekas luka psikologis dan fisik bagi warga negara kita,” kata Commissioner Kershaw.
Kershaw mengungkap sepanjang hari-hari yang kelam pasca Bom Bali, AFP dan Polri bekerja sama tanpa kenal lelah untuk mengadili pihak-pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa itu.
“Ketika Anda bekerja sama dengan erat setelah tragedi seperti itu, Anda tidak akan pernah kembali ke keadaan semula,” ucap Kershaw.
Kerja sama kemitraan yang terbangun antara AFP dan Polri, lanjut Kershaw, terus berlangsung hingga saat ini.
“Warisan dari kerja sama tersebut adalah pendirian JCLEC dan ikatan yang tak terpatahkan antara AFP dan Polri yang terus diperkuat dari waktu ke waktu,” tuturnya.
JCLEC yang awalnya didirikan untuk meningkatkan kemampuan khusus kepolisian dalam melawan terorisme di kawasan ini, kini telah memperluas cakupannya untuk memastikan bahwa pelatihan-pelatihan yang diberikan dapat menyasar seluruh ancaman serius dari kejahatan transnasional terorganisir yang sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara.
Tujuan awal JCLEC tetap sama, yakni meningkatkan kemampuan lembaga penegak hukum Indonesia untuk mengembangkan operasi investigasi dan manajemen multi-yurisdiksi, yang nantinya akan memberikan bukti dan inteligensi yang sangat penting untuk membantu menjaga keamanan Australia dan kawasan.
Sejak 2015, AFP telah menyelenggarakan 33 program mengenai pemberantasan penyelundupan manusia, yang telah membantu mentransformasi Polri menjadi penyelidik yang andal dalam upaya penyelundupan manusia.
Setelah satu pelatihan yang diselenggarakan tahun lalu, Polri dan AFP bekerja sama untuk menangkap target penyelundupan manusia yang bernilai tinggi, dan diduga bertanggung jawab atas upaya penyelundupan manusia ke Australia baru-baru ini.
Commissioner Kershaw mengatakan, pelatihan petugas penegak hukum perempuan juga menjadi fokus utama JCLEC. Menurutnya, keberadaan JCLEC sangat tepat untuk berkontribusi pada peningkatan peran kepemimpinan perempuan dan posisinya yang berpengaruh di kawasan Asia Tenggara untuk menjadi teladan.
“JCLEC dan para sponsornya secara aktif menyediakan dan mendukung peluang bagi perempuan di bidang penegakan hukum melalui berbagai program dan jaringan,” tuturnya.
Commissioner Kershaw mengatakan, keberhasilan JCLEC telah mendorong pembicaraan awal tentang bagaimana konsep serupa dapat dijalankan di Australia untuk polisi di Kepulauan Pasifik.
[red]