Kejagung Diduga Geledah Rumah Direksi Pertamina dan Subholding Subuh-Subuh? Marak TPPO, Wemenkum Prof Eddy‎: Tugas Pemasyarakatan dan Imigrasi Kian Berat Pak Bahlil, Masalah Impor Minyak Tidak Tergantung Beroperasinya RDMP Balikpapan Aceh Jadi Pusat Hilirisasi Gas Bumi dan Getah Pinus Pemerintah Siapkan Sejumlah Langkah ‎Antisipasi Bencana Cuaca Ekstrem di Jobodetabek Ditemukan Cadangan Gas Bumi di Sumur Geng North-1 Kaltim, SKK Migas: Jadi Game Changer

Energi

Harga Bioavtur Pertamina Mahal, Sulit Komersial dan Bersaing

Avatarbadge-check


					Truk Tangki Pertamina mengangkut Bioavtur (SAF) (Foto: Pertamina). Perbesar

Truk Tangki Pertamina mengangkut Bioavtur (SAF) (Foto: Pertamina).

Jakarta, Indonesiawatch.id – PT Pertamina (Persero) mengklaim sudah mampu membuat bahan bakar jenis Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur untuk pesawat. Bahkan, produknya mau dipasarkan pada Bulan September 2024.

“Kita mau pasarkan SAF dalam event Bali International Airshow,” ujar Wakil Direktur Utama PT Pertamina Wiko Migantoro, di acara Press Conference Bali International Airshow, Jakarta, Senin (19/9).

SAF yang diproduksi Pertamina jenis Bioavtur J2.4. Artinya kandungan bioavturnya masih 2,4%.

Bioavtur tersebut diproduksi di RU IV Cilacap sejak 2021. Prosesnya dengan co-processing antara Avtur yang diolah dari crude oil dengan bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO).

RBDPKO merupakan minyak inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau. Kapasitas produksi mencapai 1.350 kilo liter (KL) per hari.

Sayangnya, berdasarkan dua sumber Indonesiawatch.id, harga RBDPKO mahal. Akibatnya membuat biaya pokok produksi Bioavtur juga menjadi tidak kompetitif, dibandingkan dengan avtur biasa.

Apalagi hingga saat ini belum ada satupun regulasi yang mengharuskan maskapai penerbangan menggunakan bioavtur. Kondisi ini ikut menyebabkan program Bioavtur semakin sulit dijalankan.

Menurut seorang eks petinggi Kilang Pertamina, sebenarnya sudah pernah ada rencana untuk membuat inovasi dengan mengembangkan salah satu Unit di Kilang RU IV Cilacap. Tujuannya untuk bisa menghasilkan SAF 100 dengan bahan baku campuran CPO, Use Coking Oil dan limbah sawit.

Kapasitas yang direncanakan ketika itu 6.000 barel per hari. “Terus planning upgrade selanjutnya tersebut juga sudah diselesaikan BED (Basic Engineering Design) dan FEED (Front End Engineering Design) saat itu. Tapi entah mengapa tidak diteruskan sampai sekarang,” ujar sumber Indonesiawatch.id itu keheranan, (20/08).

Berita Terbaru

Kejagung Diduga Geledah Rumah Direksi Pertamina dan Subholding Subuh-Subuh?

11 December 2024 - 20:30 WIB

Ilustrasi: Gedung Pertamina.

Marak TPPO, Wemenkum Prof Eddy‎: Tugas Pemasyarakatan dan Imigrasi Kian Berat

11 December 2024 - 19:29 WIB

Wamenkum Prof Eddy mengatakan, tugas imigrasi dan pemasyarakatan kian berat dengan maraknya TPPO dan perubahan paradigma hukum pidana. (Indonesiawatch.id/Dok. Kemenkum)

Pak Bahlil, Masalah Impor Minyak Tidak Tergantung Beroperasinya RDMP Balikpapan

11 December 2024 - 16:55 WIB

Samuel Rizal dan Menteri Bahlil Lahadalia serta istri, di kantor BKPM, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (24/12) (Foto: Grid.ID / Annisa Dienfitri)

Aceh Jadi Pusat Hilirisasi Gas Bumi dan Getah Pinus

11 December 2024 - 16:08 WIB

Ilustrasi hilirisasi gas. (Indonesiawatch.id/Dok. Pertamina)

Pemerintah Siapkan Sejumlah Langkah ‎Antisipasi Bencana Cuaca Ekstrem di Jobodetabek

11 December 2024 - 14:19 WIB

Populer Berita Daerah