Jakarta, Indonesiawatch.id – Meskipun sudah meminta maaf secara langsung, tindakan Gus Miftah menyisakan luka bagi publik. Dalam hal ini, Gus Miftah tidak sendirian. Banyak tokoh publik, yang pernah melakukan hal serupa, termasuk saya.
Seringkali, saya abai terhadap dampak lanjutan atas setiap ucapan, tindakan, bahkan tulisan yang pernah saya buat. Tidak mempedulikan rasa sakit yang melukai hati, seperti sembilu bercampur garam. Kecerdasan Etis menekankan pentingnya pengambilan keputusan etis, seperti tindakan, perkataan, maupun tulisan dalam konteks pribadi dan profesional.
Baca juga:
Tragis Nasib Ridwan Kamil di Pilgub Jakarta, Korban Politik?
Bruce Weinstein dalam bukunya bertajuk Ethical Intelligence menyebut kecerdasan etis tidak muncul secara tiba-tiba. Dia adalah produk kesadaran etis melalui proses panjang hidup dan kehidupan dimana dia tumbuh dan berkembang.
Karl Marx lebih tegas lagi menyebut kesadaran sosial itu ditentukan oleh keadaan sosial. Lingkungan di mana kita berada, berkontribusi pada bentuk kesadaran kita. Tesis Marx ini mungkin separuh benar, karena kesadaran manusia bisa tumbuh dari beragam keadaan lingkungannya.
Kesadaran manusia tidak terbentuk oleh pengaruh keadaan yang tunggal. Apapun itu, kejadian yang dialami Gus Miftah mengandung banyak pelajaran dan instropeksi diri. Kehebatan manusia juga harus dikaitkan dengan aspek etika.
Pentingnya Kesadaran Etis
Mengenali implikasi etis dari setiap keputusan, tindakan, ucapan kita sangatlah penting. Kecerdasan etis melibatkan kesadaran tentang bagaimana tindakan kita memengaruhi orang lain dan masyarakat luas.
Peran Empati
Memahami dan mempertimbangkan perasaan dan perspektif orang lain sangatlah penting dalam pengambilan keputusan dan tindakan etis. Empati membantu kita terhubung dengan orang lain dan membuat pilihan yang bijaksana dan adil.
Integritas sebagai Fondasi
Menjunjung tinggi integritas dalam semua situasi sangatlah penting. Kecerdasan etis membutuhkan konsistensi antara nilai dan tindakan kita, menumbuhkan kepercayaan dan rasa hormat dalam hubungan.
Penyelenggara Negara dan Etika
Dalam Ilmu Administrasi, perdebatan yang cukup panjang adalah persoalan pejabat negara dan perilaku etis. Kecerdasan etika melibatkan pertimbangan konsekuensi jangka panjang dari tindakan kita, bukan sekadar manfaat langsung.
Perspektif ini membantu dalam pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua pemangku kepentingan.
Sekali lagi, artikel sederhana ini saya tulis hanya sebagai perenungan dan pengingat diri. Saya tidak sedang mengajari apapun kepada siapapun. Juga tidak menyalahkan yang lain untuk membenarkan diri sendiri.
Tulisan penuh kelemahan ini hanya ingin berbagi tentang pentingnya kecerdasan etika dalam membina masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih sayang, baik dalam interaksi pribadi maupun dalam lingkungan yang lebih luas. Semoga kita semua berlimpah keselamatan dan pengampunan dari Yang Maha Kuasa.
Tino Rahardian, S.A.P., M.A.P
-Pemerhati Sosial