Jakarta, Indonesiawatch.id – Pilihan untuk bertarung di Pemilihan Gubernur Jakarta adalah pertaruhan bagi Ridwan Kamil (RK). Pasalnya sebagai petahana Gubernur Jawa Barat, RK memiliki kans kuat untuk bisa terpilih lagi di Jabar.
Pada survei yang dikeluarkan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada medio Juli 2024, elektabilitas RK di Pilgub Jabar mencapai 50,6%. Jauh di atas kandidat lainnya, termasuk Dedi Mulyadi yang hanya sebesar 25,1%.
Baca juga:
Survei SMRC: Elektabilitas Pramono-Rano Melonjak, Ungguli Ridwan Kamil-Suswono
Arah politik ternyata berubah, RK justru maju di Pilgub Jakarta. RK pun akhirnya meminang Suswono, yang ternyata juga bukan orang Jakarta. Baik RK dan Suswono ber-KTP Jawa Barat.
Pertama kali disurvei setelah pendaftaran pasangan calon Pilgub ke KPUD Jakarta, elektabilitas RK – Suswono ternyata cukup meyakinkan. Menurut Lembaga Lembaga Survei Indonesia (LSI), elektabilitas RK – Suswono sebesar 51,8% pada periode September 2024.
Sementara elektabilitas paslon Pramono – Rano sebesar 28,4% dan paslon Dharma – Kun Wardana sebesar 3,2%. Alih-alih menjadi awal yang bagus, elektabilitas RK – Suswono terus merosot. Masih berdasarkan hasil survei LSI, elektabilitas RK – Suswono di Oktober 2024 anjlok menjadi 37,4%.
Di sisi lain, elektabilitas Pramono – Rano terus menanjak menjadi 41,6%. Artinya Pramono – Rano mampu menyalip elektabilitas RK – Suswono dalam tempo satu bulan.
RK mulai menyadari gelagat aneh pada proses pemenangannya. Sudah dimulai dengan elektabilitas awal yang bagus, ternyata bukannya meningkat, malah semakin jatuh. Artinya, ada proses suksesi yang gagal dari ‘beking’ dan partai pengusung RK – Suswono di Pilgub Jakarta.
Sayangnya RK sudah kadung terjebur di dalam arena Pilgub Jakarta. Tidak ada pilihan balik kanan atau lompat ke arena Pilgub Jabar, selain menyelesaikan pertarungan.
Hasilnya, hari ini (28/11), Paslon RK – Suswono tumbang dari paslon Pramono – Rano. Bahkan hanya satu putaran. Dikutip dari kumparan.com, paslon Pramono Anung-Rano Karno memperoleh 2.181.636 suara atau 50,07%.
Sementara itu, Ridwan Kamil-Suswono mendapat suara 1.717.037 atau 39,40%. Terakhir ada Dharma Pongrekun-Kun Wardana yang memperoleh 458.839 suara atau 10,53%.
RK – Suswono sendiri didukung 16 partai politik, komposisi yang cukup ‘gemoy’. Ada Partai Gerindra, PKS, Golkar, Demokrat, NasDem, PSI, PKB, Gelora, dan PBB, Perindo, PAN, PPP, PKN, Prima, Garuda, dan Partai Buruh.
Selain itu, di berbagai kesempatan mantan Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk memilih paslon RK – Suswono. Paslon ini juga mendapat dukungan dari Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Toh, semua itu tidak mengangkat tingkat elektoral RK – Suswono. Sebaliknya, malah nyungsep.
Dalam menanggapi kekalahannya, RK mengatakan bahwa politik bersifat dinamis dan bisa berubah sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Yang ada di pemikiran RK, politik bukan matematika. “Politik itu bukan matematika ya,” katanya.
Sayangnya menurut Neal DeRoo (2022) dalam bukunya berjudul The Political Logic of Experience, ada fenomena logika politik. Artinya berpolitik butuh logika.
[red]