Menu

Dark Mode
Apresiasi Kejagung, CERI Juga Minta Diperjelas Keterlibatan Eks Dirut Pertamina di Kasus Korupsi Pengadaan Minyak Alibi.com, Komedi Kolaborasi Lintas Generasi Diam adalah Emas, Tak Berlaku bagi Presiden Prabowo Silfester, Potret Jokowisme Mixed Political Art Pidato Pengukuhan Guru Besar, Dosen Unpad Ini Singgung Kebijakan Gubernur KDM Lain Beathor Lain Armando Inilah Potret Politik Berhala

Politik

Kembalikan BIN kepada Insan Intelijen

Avatarbadge-check


					Logo BIN (Wahyu Putro A/Antara Foto) Perbesar

Logo BIN (Wahyu Putro A/Antara Foto)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Intelijen negara sebagai instrumen pemerintah, bekerja dalam diam untuk mengemban fungsi deteksi, identifikasi, menganalisis dan menafsirkan secara terukur.

Kemudian menyajikan produk intelijen kepada single user, berupa early warning, forecasting dan problem solving, guna mengawal kepentingan keamanan nasional, dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional.

Baca juga:
Revisi UU Polri, Mengkaji Ulang Kewenangan Intelijen Polri

Oleh sebab itu, intelijen memiliki kekhasan yang harus dipertimbangkan, termasuk dalam menentukan pimpinan institusi intelijen.

Presiden memang memiliki hak prerogatif dalam penunjukan Kepala Badan Intelijen Negara. Tapi jangan pernah dilupakan kekhasan intelijen yang tidak mentolerir pendekatan politik transaksional atau bentuk nepotisme. Terlebih beban pekerjaan rumah Badan Intelijen Negara yang semakin komplek.

Tantangan Badan Intelijen Negara ke depan adalah mengembalikan BIN pada posisi on the track, professional, non partisan, memiliki moralitas dan integritas institusi yang kuat. Dalam rangka membangun intelijen negara sebagai strategic unit Presiden dan pilar utama sistem keamanan nasional.

Presiden terpilih Prabowo Subiyanto, dalam menentukan calon Kepala Badan Intelijen Negara, kali ini ditantang untuk bersikap sebagai negarawan yang bertindak semata-mata untuk kepentingan kemaslahatan bangsa dan Negara.

Bukan lagi mengedepankan kepentingan kekuasaan politik praktis maupun kepentingan sektoral lainnya. Presiden selaku pemegang otoritas politik tertinggi, harus memiliki kuasa penuh terhadap semua informasi strategis yang penting.

Dalam rangka menentukan kebijakan yang terukur, demi mewujudkan stabilitas nasional yang mantap dan terjaminnya kelangsungan kedaulatan negara. Oleh sebab itu, calon Kepala BIN memiliki tanggung jawab, melakukan reposisi BIN sebagai Strategic Unit Presiden, mengingat Presiden adalah single user dalam roda perputaran intelijen atau alur distribusi produk intelijen Negara.

Nama-nama yang saat ini mulai berseliweran di media sosial, untuk menakhodai BIN, nampaknya masih kental dengan aspek kedekatan dengan Prabowo, tapi masih jauh dari kriteria calon Kepala BIN. Masih ada nama-nama sebagai aset intelijen, patut dipertimbangkan oleh Presiden terpilih Prabowo, diantaranya Mayjen TNI Purn Gautama Wiranegara dan Mayjen TNI Purn Ruruh Aris Setyawibowo.

Mereka adalah insan intelijen yang mengabdikan tugasnya di lingkungan intelijen, hingga pensiun. Sudah saatnya BIN dipimpin oleh sosok original insan intelijen yang memenuhi standar kriteria calon Kepala Badan Intelijen Negara.

Kriteri pertama, memiliki kemampuan manajerial mengelola institusi yang bekerja dalam diam, sehingga dapat terhindar dari kerawanan kebocoran kegiatan dan informasi yang berklasifikasi rahasia. Kedua, Pengalaman terlibat dalam perencanaan dan penyelenggaraan operasi intelijen negara di dalam maupun luar negeri.

Ketiga, pengalaman mengemban jabatan di institusi yang multi unsur (sipil, militer dan polisi), diharapkan memiliki kemampuan seni kepemimpinan yang mengakomodir semua unsur kekuatan, dalam rangka terciptanya lingkungan kerja yang guyub.

Keempat, memiliki kemampuan diplomasi, dalam rangka menghadapi penetrasi ancaman global terhadap kewibawaan negara. Kelima, sesuai dengan trademark Intelijen, tentunya Kepala BIN dituntut memiliki kedalaman kecerdasan yang meliputi Intelligence Quotient, Intellectual Intelligence, Emotional Intelligence.

Keenam, memiliki network yang luas, khususnya dengan stakeholder intelijen lainnya, sehingga mampu mengoptimalisasikan peran BIN sebagai koordinator intelijen negara. Ketujuh, mampu menempatkan integritas dan loyalitas dengan skala prioritas tertinggi kepada single user yaitu Presiden.

Sri Radjasa MBA
-Pemerhati Intelijen

Berita Terbaru

Apresiasi Kejagung, CERI Juga Minta Diperjelas Keterlibatan Eks Dirut Pertamina di Kasus Korupsi Pengadaan Minyak

11 July 2025 - 22:41 WIB

Ilustrasi 5 kasus korupsi di Pertamina. (Indonesiawatch.id/Dok. Pertamina)

Harga Robot Anjing Polisi Rp3 Miliar, di E Commerce Cuma Rp246 juta

5 July 2025 - 10:49 WIB

Lembaga Ini Laporkan Pejabat OJK ke Kejaksaan & Polri karena Persoalan Asuransi Askrida

4 July 2025 - 18:07 WIB

OJK Diduga Kasih Izin Produk ke Perusahaan Asuransi yang Insolvent

4 July 2025 - 13:05 WIB

Analogi Jokowi: Naik Motor Sein Ke Kiri Belok Ke Kanan

1 July 2025 - 10:01 WIB

Populer Berita News Update