Ancaman Pengkhianat Bangsa CBA: Pertamina Patra Niaga Diminta Jangan Tutup-Tutupi Pemain Gas Elpiji Melon BPMA untuk Rakyat Aceh, Bukan Tangan Oligarki Tambang Migas Guru Besar UIN Jakarta Apresiasi Prestasi Indonesia dalam MTQ Internasional Larangan Pengecer Jual LPG 3 Kg, Mematikan Usaha Akar Rumput Sistem Pertahan & Keamanan Rakyat Semesta: Filosofi Bela Negara atau Bela Oligarki Taipan

Opini

Praktik Politik Warisan Belanda Merusak Kehidupan Berbangsa & Bernegara

Avatarbadge-check


					Praktik Politik Warisan Belanda Merusak Kehidupan Berbangsa & Bernegara Perbesar

Jakarta, Indonesiawatch.id – Devide et impera merupakan strategi politik dan perang yang diterapkan oleh penjajah Belanda, untuk meluaskan dan mempertahankan kekuasaannya di wilayah jajahan. Strategi devide et impera, pertama kali diterapkan Belanda untuk meredam kepopuleran Patih Gajah Mada yang dipandang akan menghambat kolonialisme Belanda.

Untuk hal tersebut Belanda mengarang kitab Kidung Sunda, berisi tentang cerita Patih Gajah Mada, menghabisi rombongan Raja Sunda yang datang atas undangan Radja Majapahit, di wilayah Bubat.

Akibat dari kitab Kidung Sunda, menimbulkan kemarahan masyarakat Sunda terhadap orang Jawa. Selanjutnya Belanda pada tahun 1920 membuat kitab Pararaton, berisi cerita fiktif kekuasaan Ken Arok raja singosari, dikisahkan sebagai anak haram, penjudi dan pembunuh yang menurunkan raja-raja Majapahit dan raja Jogja.

Pararaton dibuat untuk menyudutkan pergerakan nasional yang dipimpin oleh kalangan kraton Jogja seperti Pangeran Diponegoro. Berdasarkan prasasti Mulamanurung dan kitab Negara Kertagama pendiri dinasti Singosari adalah Rangga Radjasa Sangamurwa Bumi.

Kemudian upaya Belanda untuk meredam kaum santri yang memiliki militansi tinggi melawan penjajahan, Belanda mendesain model pendidikan umum, seperti yang sekarang dikenal dengan nama SD sd SMA. Berdirinya sekolah-sekolah umum yang diprakarsai Belanda, institusi pesantren mulai tersisih untuk memperoleh pengakuan akademis.

Devide et impera pada era Indonesia merdeka, telah dijadikan strategi politik kekuasaan, oleh kekuatan politik nasional. Praktek politik adu domba melalui manipulasi sejarah oleh Belanda, secara tidak sadar telah mengkristal, membentuk prilaku masyarakat di Indonesia yang mudah dipecah belah.

Kekuasaan politik nasional, sejak era orde lama, orde baru dan orde reformasi, sangat kental praktek politik devide et impera, untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan negara. Pendidikan politik yang marak oleh gaya adu domba dan mengedepankan politik pragmatisme sebagai pemicu konflik, telah meruntuhkan bangunan nasionalisme Indonesia.

Sudah saatnya untuk merangkai kembali paradigma baru pemahaman imajinasi kebangsaan. Rekonstruksi imajinasi kebangsaan, digali dari aspek kosmologi, spirit, ideologi, dan ilmu pengetahuan yang berbasiskan kepada ke Nusantara-an.

Sejauh ini harus diakui, keempat aspek diatas tidak berjalan harmonis, sebab kosmologi bangsa Indonesia, cenderung hanya dilihat dari aspek Kosmologi Jawa dan tata nilai kebangsaan berbasis pada Jawa sentris semata. Paradigma baru pemahaman imajinasi kebangsaan, melalui pengkajian tentang kosmologi, ideologi, spirit, dan ilmu pengetahuan yang berbasis kenusantaraan, menjadi skala prioritas untuk memantapkan jati diri bangsa, jika tidak ingin melihat Indonesia tinggal sejarah.

Sri Radjasa MBA
Pemerhati Intelijen

Berita Terbaru

Ancaman Pengkhianat Bangsa

8 February 2025 - 05:07 WIB

CBA: Pertamina Patra Niaga Diminta Jangan Tutup-Tutupi Pemain Gas Elpiji Melon

7 February 2025 - 01:16 WIB

Ilustrasi: Gedung Pertamina Patra Niaga.

BPMA untuk Rakyat Aceh, Bukan Tangan Oligarki Tambang Migas

7 February 2025 - 01:06 WIB

Kantor Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA).

Guru Besar UIN Jakarta Apresiasi Prestasi Indonesia dalam MTQ Internasional

4 February 2025 - 15:10 WIB

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Tholabi Kharlie

Larangan Pengecer Jual LPG 3 Kg, Mematikan Usaha Akar Rumput

2 February 2025 - 21:03 WIB

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi (Foto: dunia-energi.com)
Populer Berita Energi