Jakarta, Indonesiawatch.id – Reaktor nuklir untuk pembangkit listrik pertama di Indonesia bakal ditempatkan di asal provinsinya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Yaitu di Pronvisi Bangka Belitung, tepatnya di Pulau Kelasa, Bangka Tengah.
Prototipe reaktornya akan dibawa dari Korea Selatan pada 2028 melewati jalur laut. Saat ini Perda Tata Ruangnya telah berada di kementerian dan menunggu pengesahan.
Baca juga:
Prabowo Mau Bangun 5 GW Pembangkit Nuklir, Tapi RUU EBT Masih Mandek
Direktur PT Thorcon Indonesia, Bob S Effendi menjelaskan, Bangka Belitung akan mencetak sejarah sebagai provinsi nuklir dengan pengadaan pembangkit pertama di Indonesia. Peluang Bangka Belitung sebagai tuan rumah Energi Baru Terbarukan (EBT) itu sangat besar karena sudah didukung investor.
“Kalau di Indonesia pilihannya ada dua, yakni Kalimantan Barat dan Bangka Belitung, kami melihat prospeknya lebih dahulu di Bangka Belitung karena Thorcon Indonesia sudah ada sebagai investor,” ujar Bob seusai rapat koordinasi di gubernuran Babel, (12/12).
Menurutnya, bahan baku nuklir nantinya berasal dari logam tanah jarang berupa thorium yang merupakan mineral ikutan timah. Provinsi Babel sendiri dikenal dengan daerah penghasil timah yang melimpah.
Nantinya, PLTN Thorium selain menjadi satu-satunya di Indonesia, sekaligus bisa menjadi percontohan bagi dunia. Total investasi yang dipersiapkan mencapai Rp17 triliun yang mencakup survei, penelitian, alih teknologi hingga infrastruktur.
“Bagi industri elektronik, logam tanah jarang bukanlah hal yang baru, namun bagi perekonomian daerah ini justru belum tergarap,” jelas Bob.
Ditargetkan hingga 2050 akan ada 20 PLTN di Bangka Belitung dari berbagai perusahaan. Industri PLTN akan lebih besar dari tambang timah saat ini. Selain di Bangka Tengah, juga ada Tanjung Ular Bangka Barat dan Sebagin Bangka Selatan yang potensial dibangun.
“Pemerintah sudah berencana menghapuskan PLTU sehingga dibutuhkan energi baru terbarukan. Harus ada energi murah, bersih dan andal, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen dan target NZE 2060,” ungkap Bob.
[red]