Jakarta, Indonesiawatch.id – Kementerian ESDM sedang melaksanakan seleksi terbuka pemilihan Direktur Jenderal Minyak dan Gas baru. Salah satu kursi panas Tingkat Eselon 1 di pemerintah pusat ini, sudah lebih 3 bulan kosong.
Menurut mantan Dirjen Migas, Tutuka Ariadji, saat ini dibutuhkan sosok Dirjen Migas yang bisa bekerja di masa transisi energi. “Dimana energi fosil lambat laun akan digantikan dengan energi terbarukan,” ujar Tutuka kepada Indonesiawatch.id, (07/08).
Menurutnya, sosok Dirjen Migas baru harus memiliki minimal kompetensi mengenai subsurface. “Itu diperlukan untuk memahami dan mencari solusi operasional terhadap permasalahan, turunnya produksi minyak, memerlukan penemuan cadangan baru baik dari eksplorasi di development block atau wilayah baru,” katanya.
Sosok Dirjen Migas baru, kata Tutuka, juga perlu memahami penerapan teknologi untuk meningkatkan perolehan dari cadangan yang ada. “Memahami penerapan teknologi peningkatan perolehan dari cadangan yang ada (misalnya) yang dikenal dengan Enhanced Oil Recovery,” ujarnya.
Dirjen Migas periode November 2020 sampai Mei 2024 ini menambahkan, bahwa sosok Dirjen Migas baru juga harus memahami penanganan dampak lingkungan yang muncul dari aktivitas eksplorasi dan eksploitasi. “Harus memahami penanganan dampak lingkungan seperti Amdal dan emisi CO2,” katanya
Itu tentang hulu. Sementara di bagian hilir, kata Tutuka, Dirjen Migas terpilih diharapkan memahami dan bisa menjadi pemecah masalah pengadaan dan distribusi produk BBM dan LPG. Pasalnya, pengadaan dan distribusi di sektor migas, perlu diperhatikan agar tidak terjadi pelanggaran dan kesalahan.
“Di bagian Hilir diperlukan kemampuan memahami permasalahan dan mencari solusi pengadaan dan distribusi BBM dan LPG serta alokasi gas bumi dan LNG,” kata Guru Besar Institut Teknologi Bandung itu.