Jakarta, Indonesiawatch.id – Nama Simon Aloysius Mantiri, Anggota Dewan Pembina DPP Partai Gerindra, muncul sebagai calon kuat Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (persero), menggantikan Nicke Widyawati. Saat ini Dia menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina.
Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, Dirut Pertamina berasal dari politisi adalah hal biasa. Toh, katanya, semua Dirut Pertamina selama ini adalah proksi partai politik tertentu.
Baca juga:
Pengamat Energi: Jika Dirut Pertamina dari Politisi, Riskan Penyalahgunaan Dana
“BUMN itu biasanya mau tidak mau, adalah jabatan politik. Jadi kalaupun diisi sama profesional, pasti proksi dari partai politik tertentu,” katanya kepada Indonesiawatch.id, (02/11).
Menurutnya Dirut BUMN dilematis, karena prasyarat untuk duduk menjadi nakhoda tidak seperti Dirut di perusahaan swasta. Kalau di swasta, katanya, cukup dengan profesionalitas, ahli di bidangnya dan secara operasional maupun finansial sudah mumpuni.
“Tapi kalau mau jadi BUMN, ada tambahan lagi. Operasional dituntut oke, finansial oke, satu lagi harus secara politik dia harus bisa diterima. Faktanya dari waktu ke waktu kira-kira begitu modelnya,” ujarnya.
Bagi Komaidi, Dirut Pertamina dari kalangan politisi bukanlah persoalan krusial. Karena menurutnya, pemilihan Dirut Pertamina tergantung kepada penguasa rezim.
“Sebetulnya, kalau saya kerja dengan orang yang dekat, kan lebih nyaman. Yang penting prinsip-prinsip governance-nya, profesionalnya harusnya sih diutamankan. Terlepas dari kelompok manapun. Kalau dia profesioanl, dan ahli di bidangnya, dan untuk perbaikan, yah sebetulnya nggak jadi masalah (Dirut Pertamina dari politisi),” ujarnya.
Apalagi katanya, jika Simon terpilih, tentu hal wajar karena memiliki kedekatan dengan Presiden Prabowo Subianto.
Baca juga:
Dirut Pertamina Paling Lama Era Reformasi, Harta Nicke Widyawati Hampir Rp100 Miliar
“Beliau kan dari blok Taruna Nusantara. Dan sudah lama ketemu kepentingan dengan pak Hasyim dan pak Prabowo. Tapi kemudian tadi, kerja dengan orang yang dikenal mungkin akan lebih nyaman. Di dalam kerangka itu, kemudian menjadi ketemu puzzle-nya,” ujarnya.
[red]