Medan, Indonesiawatch.id – Seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan bernama Moh. Ramadhani Soeroso membuat geger media sosial usai menyebut ada dua pasiennya meninggal karena RS di Kota Medan, Sumatra Utara (Sumut) tersebut kehabisan stok obat.
Dalam unggahannya dokter spesialis paru konsultan onkologi toraks tersebut menyayangkan tidak tersedianya obat yang diperlukan untuk pasien yang sedang ditanganinya. Keluhan tersebut disampaikan Ramadhani lewat akun TikToknya @denisoeroso.
“Innalillahiwainnailaihirojiun, ada pasien aku exit (meninggal dunia). Tahu kenapa kalian? Karena enggak ada obat. Aku, kadang pusing juga lihat RS ini ya kan,” kata dr. Ramadhani dalam videonya.
“Tolonglah Pak Bobby, bapak baju, maju apa ini Pilgub tolong beresin RS ini. Pening kali kepala aku. Sudah dua pasien aku exit, kan bikin malu. Ini RS gini masa enggak ada obat,” ujarnya.
Dalam videonya, Ramadhani menyebut, RS sering mengalami kekurangan obat, termasuk obat kemoterapi. Sebagai tanggungjawab, terkadang para dokter terpaksa merogoh koceknya sendiri membeli obat demi meyelamatkan nyawa pasien yang sedang ditanganinnya. “Sampai aku sama koas beli obat tahu,” katanya.
Viralnya video dokter yang menyebut bahwa stok obat habis di RSUD dr Pirngadi Medan dan berujung meninggalnya pasien mendapat sorotan dari DPRD Medan. Sekretaris Komisi II DPRD Medan, Wong Chun Sen menyayangkan hal tersebut. Terlebih, RSUD dr. Pirngadi merupakan rumah sakit milik pemerintah yang menjadi rujukan utama di Kota Medan.
“Kita tidak habis pikir ini bisa terjadi. Sebagai rumah sakit pemerintah, harusnya RSUD dr Pirngadi memiliki stok obat yang banyak. Bagaimana bisa obat habis tapi tidak ada stoknya. Sangat kita sesalkan ini bisa terjadi,” ucap Wong Chun Sen.
Menurut Wong, secara teknis seharusnya pihak apoteker RSUD Pirngadi tahu obat-obat yang akan habis stoknya atau habis masa berlakunya (expired). Ia mempertanyakan kenapa dalam kasus tersebut pihak RS terkesan kecolongan. Karena itu, penyebab kematian pasien harus dicari tahu.
“Saya yakin para apoteker di sana sudah ahli di bidangnya, bahkan bekerja bertahun-tahun. Pertanyaannya kok bisa ini terjadi? Apalagi dalam video yang beredar, dokter itu bilang kondisi ini sudah berlangsung lama. Artinya, seperti ada kesan pembiaran,” ujar Wong.
Karena itu, politisi PDI Perjuangan (PDIP) itu berencana mengagendakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Medan beserta Direktur RSUD Pirngadi.
Tidak hanya soal stok, Wong mengaku pihaknya juga akan mempertanyakan terkait informasi adanya pasien meninggal yang disebut-sebut karena tidak diberi obat. “Kita juga akan cari tahu sudah berapa lama pasien itu tidak diberi obat hingga meninggal. Kalau memang sudah lama, tentu ini kelalaian. Sebab kalaupun tidak ada stok obat yang diinginkan, pihak RSUD Pirngadi bisa membelinya sementara dulu dari luar untuk penanganan cepat, tidak harus menunggu stok obat yang dipesan datang,” katanya.
Wong meminta Wali Kota Medan Bobby Nasution memberi perhatian pada kejadian tersebut dan menjatuhkan sanksi kepada petugas jika memang lalai dalam memberikan pelayanan. “Kita tahu bersama bahwa kesehatan merupakan program prioritas Pak Wali, oleh karena itu kasus ini harus diusut tuntas. Kedepannya kita juga tidak ingin dengar ada lagi kasus stok-stok obat habis,” pungkasnya.
[red]