Menu

Dark Mode
Hampir 3 Tahun Pemekaran Papua, Anggota DPD RI: Belum Ada Perubahan Signifikan Presiden Harus Belajar dari Sultan Iskandar Muda Jejak Dua Tokoh Nasional di Era SBY, Diduga Menitip MRC ke Mantan Dirut Pertamina Alat AI Buatan Anak Bangsa Ini, Bisa Cegah Boncosnya Asuransi Jiwa Laut Direklamasi, Rel Diutangi Bapak Jaksa Agung Patuhi Perintah Presiden, Sikat Direksi BUMN yang Seperti Raja

EduTek

Langkah Konkret KONEKSI Tingkatkan Kapasitas Peneliti Indonesia Timur

Avatarbadge-check


					Inisiasi kemitraan KONEKSI dukung peneliti di timur Indonesia. (Dok. KONEKSI) Perbesar

Inisiasi kemitraan KONEKSI dukung peneliti di timur Indonesia. (Dok. KONEKSI)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Inisiasi kemitraan di sektor pengetahuan dan inovasi Australia dan Indonesia, KONEKSI, berupaya mendukung peningkatan kemampuan para peneliti di wilayah timur Indonesia. Hal itu terwujud melalui bootcamp untuk peningkatan kapasitas dan platform diseminasi penelitian lewat konferensi internasional Indonesian Regional Science Association (IRSA) 2025 di Semarang pada 14-15 Juli 2025.

Dalam konferensi tersebut, sebanyak 19 peneliti, di antaranya merupakan peneliti dari Indonesia timur, peneliti muda, dan penyandang disabilitas, berkesempatan berpartisipasi dalam konferensi internasional yang bertemakan “Localising Smart Economy and Infrastructure for Inclusive Growth and Sustainability.”

Bootcamp bertujuan mengembangkan kemitraan kolaboratif dan riset yang inklusif dengan para pemangku kebijakan. KONEKSI berharap, dukungan terhadap penelitian dari para akademisi dapat berkontribusi pada kebijakan pemerintah daerah.

Khususnya terkait isu lingkungan dan perubahan iklim yang berbasis kebutuhan masyarakat yang berwawasan gender, disabilitas, dan inklusif secara sosial (GEDSI). “Kami mengapresiasi partisipasi aktif para peneliti dalam konferensi IRSA ini. Beragam topik yang diangkat mulai dari perubahan iklim hingga kebijakan inklusif menunjukkan relevansi riset terhadap tantangan pembangunan di wilayah Indonesia Timur,” kata Knowledge to Policy Unit Manager, Australian Embassy Jakarta, Ria Arief.

Ria menyatakan, pihaknya berkomitmen untuk terus memperkuat kerja sama Indonesia dan Australia melalui kolaborasi riset yang mendukung kebijakan berbasis data, inklusif, dan berkelanjutan. “Kami berharap hasil-hasil penelitian ini dapat berkontribusi nyata bagi produk pengetahuan dan inovasi yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia,” tuturnya.

Di tengah tingginya tantangan ekonomi–sosial di Indonesia Timur, pendekatan yang inklusif berperan penting untuk memastikan perempuan, penyandang disabilitas, dan kelompok marjinal dapat berperan aktif dan memimpin penelitian, sehingga hasil penelitian menjadi lebih inklusif dan berdampak langsung bagi masyarakat secara adil.

Karena itu, kolaborasi lintas disiplin ilmu dan universitas sangat penting untuk dapat menghasilkan penelitian yang komprehensif dan bermakna yang berfokus para prioritas lokal.

Dalam mendukung komitmen KONEKSI untuk memberikan peluang pengembangan keterampilan bagi peneliti Indonesia Timur, KONEKSI bekerja sama dengan Australia National University (ANU) Indonesia Project.

Bootcamp dirancang untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam menghasilkan ide-ide penelitian yang berdampak, memimpin inisatif penelitian, serta menyebarluaskan temuan dan penelitian untuk pengembangan dan inovasi. Langkah tersebut juga turut membantu para peserta bootcamp berhasil mempresentasikan hasil makalah di IRSA 2025, serta secara aktif mendukung rekan-rekan mereka terlibat dalam diskusi dan presentasi poster selama acara berlangsung.

Peneliti Monash University, Herb Feith Indonesian Engagement Centre Welmince Djulete mengungkapkan penelitiannya yang bertujuan menggali hubungan antara iman, budaya, dan ketahanan iklim melalui pendekatan environmental stewardship atau pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab.

Berdasarkan penelitian ini, Welmince menekankan pentingnya peran pemimpin agama dan tokoh kepercayaan tradisional untuk secara sadar mengangkat isu perubahan iklim dalam khotbah, pengajaran, dan diskusi di ruang-ruang keagamaan maupun budaya. Hal ini bertujuan mendorong praktik hidup berkelanjutan sebagai bentuk tanggung jawab dalam merawat dan menjaga lingkungan.

Selanjutnya, peneliti dari Rumah Disabilitas Ida Mujtahidah, yang juga merupakan anggota Jejaring Disabilitas—berbagi penelitiannya yang mengeksplorasi bagaimana praktik ekonomi inklusif diwujudkan melalui usaha kreatif berbasis komunitas.

Ia mengambil studi kasus Sagata—sebuah usaha mikro di Yogyakarta, yang memposisikan penyandang disabilitas sebagai produsen, bukan sebagai penerima belas kasih, sehingga memperkuat pemberdayaan secara emosional dan ekonomi.

“Ekonomi kreatif sebenarnya bisa menjadi solusi berkelanjutan untuk pembangunan ekonomi, namun sayangnya, penyandang disabilitas masih belum banyak dilibatkan dalam sektor ini,” papar Ida dalam presentasinya.

[red]

Berita Terbaru

Kemkomdigi Berhentikan Lima Pegawai Kontrak

10 December 2024 - 20:20 WIB

Irjen Kemkomdigi, Arief Tri Hardiyanto, mengatakan, Kemkomdigi memberhentikan 5 pegawai kontrak. (Indoneaiawatch.id/Dok. Kemkomdigi)

CME-ID: Indonesia Peringkat ke-62 dalam International Property Rights Index 2024

4 November 2024 - 15:12 WIB

Kolaborasi Korporasi-Perguruan Tinggi, Membangun Indonesia Cerdas Melalui Teknologi

29 October 2024 - 17:32 WIB

Deel Beberkan Tips Pekerjaan Remote bagi Talenta Indonesia

11 September 2024 - 13:12 WIB

Layanan Visa di Rumah, Trend Baru Pelancong Indonesia

18 August 2024 - 09:00 WIB

Populer Berita EduTek