Pak Bahlil, Masalah Impor Minyak Tidak Tergantung Beroperasinya RDMP Balikpapan Aceh Jadi Pusat Hilirisasi Gas Bumi dan Getah Pinus Pemerintah Siapkan Sejumlah Langkah ‎Antisipasi Bencana Cuaca Ekstrem di Jobodetabek Ditemukan Cadangan Gas Bumi di Sumur Geng North-1 Kaltim, SKK Migas: Jadi Game Changer ‎Eks Staf Ahli Anggota DPD Minta KPK Usut Dugaan Korupsi Mantan Bosnya Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian Terpusat di Sukabumi

Kesehatan

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental, Memahami Depresi

Avatarbadge-check


					dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ (Doc. J&J Indonesia) Perbesar

dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ (Doc. J&J Indonesia)

Jakarta, Indonesiawatch.idJohnson & Johnson Indonesia bekerja sama dengan Rumah Sakit (RS) Metropolitan Medical Center (MMC) menyelenggarakan seminar daring bertajuk “Pahami Depresi, Cegah Bunuh Diri” pada Selasa, 10 September 2024.

Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia (World Suicide Prevention Day/WSPD) yang diperingati setiap 10 September dan bertujuan memusatkan perhatian dunia pada masalah ini sekaligus mengurangi stigma.

Seminar tersebut menghadirkan sejumlah pembicara salah satunya  dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ dari Poli Psikiatri di RS MMC sebagai pembicara dan narasumber. Secara garis besar, terdapat tiga topik utama yang disampaikan. Yakni, apa itu depresi? Bagaimana mekanisme dan pencegahan bunuh diri. Terakhir, perkembangan terkini untuk terapi depresi dan bunuh diri.

Baca juga:
Kehabisan Obat, Dokter Ngamuk di Medan, Bobby Nasution Diminta Turun Tangan..

Depresi masih belum terlalu dipahami dengan baik di berbagai negara, termasuk Indonesia, stigma dan kesadaran yang rendah menghambat akses pasien terhadap pengobatan. Kurangnya pemahaman akan perbedaan tentang jenis depresi di antara pasien dan masyarakat pada umumnya dapat membuat gejala dan pengalaman penderita sering dianggap sama saja.

Dokumen White Paper di wilayah Asia Pasifik yang dipublikasikan pada 2021 bertajuk “Rising Social and Economic Cost of Major Depression: Seeing the Full Spectrum” yang disponsori oleh Johnson & Johnson Pte. Ltd. dan dijalankan oleh KPMG Singapura.

Riset tersebut mengungkap fakta bahwa Asia Pasifik memiliki tingkat penyakit depresi dan penyakit jiwa yang jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah lain di dunia. Dokumen tersebut menyoroti bahwa orang yang hidup dengan depresi 40% kurang produktif daripada individu yang sehat.

Seminar juga bertujuan membantu masyarakat awam mengenali gejala depresi dan memahami bahwa depresi tidak semuanya sama, melainkan sebuah spektrum, sekaligus bertujuan untuk menurunkan stigma serta menghimbau masyarakat untuk mencari pengobatan yang tepat. Mampu mengenali gejala depresi dapat membantu masyarakat untuk segera mencari bantuan profesional sejak dini dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan depresi menyumbang 4,3% dari beban penyakit global dan akan menempati peringkat sebagai kontributor utama pada 2030. Depresi akan menjadi beban penyakit nomor satu di negara maju dan seluruh dunia.

Baca juga:
Prevalensi Perokok Tetap Tinggi, Pemerintah Perlu Adopsi Pendekatan Harm Reduction

Berdasarkan data IHME 2019, dari sekitar 970 juta orang di dunia yang menderita gangguan jiwa, diperkirakan sekitar 28,9% merupakan gangguan depresi sehingga hal tersebut perlu menjadi perhatian khusus. Indonesia sendiri sampai saat ini masih memiliki rasio jumlah dokter jiwa (terhadap populasi) yang relatif rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Country Leader of Communications & Public Affairs of Johnson & Johnson Innovative Medicine in Indonesia, Malaysia & Phillipines, Devy Yheanne mengatakan, pentingnya menghilangkan stigma terhadap depresi di Indonesia mengingat kondisi tersebut dapat diobati, terutama ketika orang dapat mengenali gejalanya sejak dini dan mencari pengobatan jika diperlukan.

“Kami senang dapat bekerja sama dengan RS MMC dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan membahas masalah depresi ini serta mendorong masyarakat untuk memahami penyebab, gejala, dan mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan dari para ahli,” kata Devy.

Beberapa gejala gangguan depresi mayor adalah rasa sedih yang terus menerus, pesimis, rasa tidak berdaya, gampang tersinggung, insomnia, sulit makan, menarik diri hingga melakukan usaha untuk bunuh diri.

Maka, apabila Anda atau keluarga atau teman Anda mengalami gejala-gejala tersebut dan dugaan menderita gangguan depresi mayor, terutama bila ada niat untuk melukai diri sendiri dan/atau bunuh diri, maka sangat disarankan untuk segera berkonsultasi pada tenaga kesehatan jiwa profesional, seperti psikiater, dokter umum, atau psikolog.

Mitos umum tentang depresi adalah bahwa gangguan ini tidak dapat diobati. Namun, sebenarnya depresi adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling bisa diobati. Tanpa pengobatan, penyakit dan gangguan jiwa dapat mempengaruhi hubungan individu dengan keluarga dan teman-teman mereka, karier profesional dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

Orang yang menderita depresi dapat menghadapi konsekuensi yang berbahaya dan bahkan fatal karena hampir tidak mungkin mereka mampu menghadapi depresi sendirian. Karena itu, meningkatkan kesadaran tentang depresi adalah salah satu langkah pertama untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.

[red]

Berita Terbaru

Pak Bahlil, Masalah Impor Minyak Tidak Tergantung Beroperasinya RDMP Balikpapan

11 December 2024 - 16:55 WIB

Samuel Rizal dan Menteri Bahlil Lahadalia serta istri, di kantor BKPM, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (24/12) (Foto: Grid.ID / Annisa Dienfitri)

Aceh Jadi Pusat Hilirisasi Gas Bumi dan Getah Pinus

11 December 2024 - 16:08 WIB

Ilustrasi hilirisasi gas. (Indonesiawatch.id/Dok. Pertamina)

Pemerintah Siapkan Sejumlah Langkah ‎Antisipasi Bencana Cuaca Ekstrem di Jobodetabek

11 December 2024 - 14:19 WIB

Ditemukan Cadangan Gas Bumi di Sumur Geng North-1 Kaltim, SKK Migas: Jadi Game Changer

11 December 2024 - 13:32 WIB

Ilustrasi Sumur Geng North-1 (Foto: SKK Migas)

‎Eks Staf Ahli Anggota DPD Minta KPK Usut Dugaan Korupsi Mantan Bosnya

11 December 2024 - 10:21 WIB

Populer Berita Hukum