Menu

Dark Mode
Perubahan Paradigma Stratifikasi Sosial Pemicu Korupsi di Indonesia Revisi 4 Pilar MPR dalam Rangka Pelurusan Pemahaman Jati Diri Bangsa Indonesia Kuda Troya Belanda & Martabat Kedaulatan Indonesia Layar Sinema Australia Kembali Hadir di FSAI 2025 Wajah Baru Koperasi Desa Merah Putih Ekonomi Kerakyatan dengan Pendekatan Topdown Pakar Hukum Pidana: Sudah Benar SP3 Kasus Dugaan Eksploitasi Mantan Pekerja Sirkus OCI

Energi

Rupiah Semakin Nyungsep, Impor Minyak Jutaan Barel Setiap Hari, Devisa Terus Tergerus

Avatarbadge-check


					Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (Doc. Sekretariat Kabinet) Perbesar

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (Doc. Sekretariat Kabinet)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Mata uang Rupiah nyungsep ke posisi Rp16.312 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (19/12). Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah melemah 1,34% atau 215 poin.

Menyikapi kondisi ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menilai, pelemahan Rupiah berdampak pada sektor pertambangan dan energi.

Baca juga:
Alamak! Impor Minyak Mentah Melonjak 61,86% Pada Oktober 2024

Di sektor energi misalnya, kata Bahlil, Pertamina menjadi salah satu BUMN yang terpengaruh dalam pelemahan rupiah. Pasalnya, setiap hari Pertamina mengimpor jutaan barel minyak. Itu belum termasuk impor LPG.

Menurut Bahlil, impor minyak dan LPG dalam jumlah besar tersebut menyedot devisa sekitar Rp500-550 triliun per tahun.

“Nah di sektor ESDM memang salah satu yang membutuhkan dolar paling banyak itu adalah Pertamina. (Alasannya) kita ini mengimpor BBM kita termasuk LPG satu tahun, itu membutuhkan uang sekitar Rp500 triliun sampai Rp 550 triliun devisa kita keluar,” kata Bahlil, Kamis (19/12).

Selain itu, Bahlil juga mengakui nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS memberikan tekanan. Apalagi impor yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan energi, seperti Pertamina membutuhkan dolar AS.

“Dan itu pasti kita tukar dengan dolar. Nah terkait dengan urusan bisnis teman-teman ditambang karena spare part-nya kan harganya dolar pasti akan berdampak. Tapi kita lihat mudah-mudahan mampu di-manage dengan baik oleh pelaku usaha,” kata Bahlil.

Bahlil menilai pelemahan nilai tukar rupiah ini tak lepas dari kondisi ekonomi global yang masih tidak menentu. Lebih lanjut, Bahlil menekankan pihaknya tengah berupaya menekan impor di sektor energi.

“Sekarang tugas kita itu adalah bagaimana mengurangi impor agar kemudian kebutuhan kita terhadap dolar tidak terlalu banyak. Naik atau turunnya sebuah nilai mata uang itu kan tergantung hukum permintaan sebenarnya,” ujar Bahlil.

[red]

Berita Terbaru

Ekspresi Mantan Pemain Sirkus OCI Berubah-ubah di Podcast, Analis Mikroekspresi: Karena Sudah Sering Muncul di Talkshow

3 May 2025 - 12:42 WIB

Analis Gestur & Mikroekspresi Monica Kumalasari (Foto: Antaranews.com)

Indonesia Menuju Bangsa Gagal Budaya

3 May 2025 - 12:30 WIB

Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen).

Wibisono Apresiasi Pertemuan Presiden dengan 7 Pemred Media

9 April 2025 - 19:20 WIB

CME: Keberadaan Danantara Bak Madu dan Racun Bagi Ekonomi Nasional

7 April 2025 - 17:56 WIB

CME dan Universitas Prasetiya Mulya Berkolaborasi Gelar Business Economic Conference 2025

25 March 2025 - 18:25 WIB

Populer Berita Edukasi