Menu

Dark Mode
Perubahan Paradigma Stratifikasi Sosial Pemicu Korupsi di Indonesia Revisi 4 Pilar MPR dalam Rangka Pelurusan Pemahaman Jati Diri Bangsa Indonesia Kuda Troya Belanda & Martabat Kedaulatan Indonesia Layar Sinema Australia Kembali Hadir di FSAI 2025 Wajah Baru Koperasi Desa Merah Putih Ekonomi Kerakyatan dengan Pendekatan Topdown Pakar Hukum Pidana: Sudah Benar SP3 Kasus Dugaan Eksploitasi Mantan Pekerja Sirkus OCI

Ekonomi

Waspada! Rupiah Semakin Anjlok

Avatarbadge-check


					Ilustrasi anjlok Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Perbesar

Ilustrasi anjlok Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.

Jakarta, Indonesiawatch.id – Rupiah anjlok dan beberapa hari ini mengalami tren pelemahan. Pada perdagangan Senin (16/12/2024) di pasar spot, kurs Rupiah terpantau melemah 37 poin atau sekitar 0,23 persen ke level Rp16.032 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah ini terpantau merupakan yang terendah sejak bulan Agustus 2024 lalu. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat kembali terpuruk ke level terendahnya dalam empat bulan terakhir.

Baca juga:
Dewan Gubernur Bank Indonesia Mau Rapat, BI Rate Stagnan atau Turun?

Menguatnya Indeks Dolar di pasar global membuat kurs Rupiah anjok bersama dengan mata uang utama dunia. Dalam laporan riset yang dirilis Senin pagi, Analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto menyebut potensi pelemahan Rupiah masih perlu diwaspadai.

Dia menyebut pelemahan nilai tukar Rupiah terutama disebabkan oleh sentimen global, terutama dari berlanjutnya tren kenaikan Dolar AS. Pasalnya, kenaikan Dolar AS yang terjadi sejak pekan lalu juga disertai dengan kenaikan imbal hasil surat berharga pemerintah AS atau US Treasuries (UST).

Sementara Indeks Dolar AS (DXY) pada hari Jumat (13/12/2024) ditutup di atas level 107, atau yang pertama kalinya selama lebih dari 2 pekan terakhir.

Imbal hasil UST tenor 2 tahun dan 10 tahun, selama sepekan naik cukup signifikan, masing-masing sebesar 14,1 basis poin (bps) dan 24,4bps, masing-masing ditutup pada 4,24 persen dan 4,40 persen. Sementara itu DXY naik 0,9 persen  (week on week/WoW) menjadi 107,0.

“Kenaikan imbal hasil UST dan DXY selalu berdampak negatif terhadap Rupiah, dan pada hari Jumat lalu Rupiah ditutup mendekati level 15.995, terdepresiasi 0,9 persen (WoW) terhadap Dolar AS,” kata Rully Arya kepada media.

Lebih lanjut Rully menjelaskan, persepsi mengenai arah suku bunga global akan selalu berdampak besar terhadap pasar mata uang, keluar masuknya arus modal asing, dan akan berdampak juga terhadap kinerja pasar saham.

Dia memperkirakan pelemahan Rupiah ini akan berdampak pada pasar saham. Investor asing berpotensi melanjutkan aksi jualnya yang pada akhir pekan lalu telah mencapai Rp1,39 triliun (net foreign sell).

[red]

Berita Terbaru

Ekspresi Mantan Pemain Sirkus OCI Berubah-ubah di Podcast, Analis Mikroekspresi: Karena Sudah Sering Muncul di Talkshow

3 May 2025 - 12:42 WIB

Analis Gestur & Mikroekspresi Monica Kumalasari (Foto: Antaranews.com)

Indonesia Menuju Bangsa Gagal Budaya

3 May 2025 - 12:30 WIB

Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen).

Wibisono Apresiasi Pertemuan Presiden dengan 7 Pemred Media

9 April 2025 - 19:20 WIB

CME: Keberadaan Danantara Bak Madu dan Racun Bagi Ekonomi Nasional

7 April 2025 - 17:56 WIB

CME dan Universitas Prasetiya Mulya Berkolaborasi Gelar Business Economic Conference 2025

25 March 2025 - 18:25 WIB

Populer Berita Edukasi