Menu

Dark Mode
Perubahan Paradigma Stratifikasi Sosial Pemicu Korupsi di Indonesia Revisi 4 Pilar MPR dalam Rangka Pelurusan Pemahaman Jati Diri Bangsa Indonesia Kuda Troya Belanda & Martabat Kedaulatan Indonesia Layar Sinema Australia Kembali Hadir di FSAI 2025 Wajah Baru Koperasi Desa Merah Putih Ekonomi Kerakyatan dengan Pendekatan Topdown Pakar Hukum Pidana: Sudah Benar SP3 Kasus Dugaan Eksploitasi Mantan Pekerja Sirkus OCI

Energi

Eks Petinggi Kilang Sebut Pertamina Masih Sulit Tentukan Harga Flare Gas untuk Pembangkit Listrik

Avatarbadge-check


					Ilustrasi flare gas Perbesar

Ilustrasi flare gas

Jakarta, Indonesiawatch.id – Pertamina New Renewable Energy (Pertamina NRE) mau membangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan flare gas (gas suar). Pembangunan pembangkit rencananya dibangun di empat lokasi.

Yaitu di kilang Balongan, Cilacap, Plaju, dan Dumai. Menurut Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis Pertamina NRE, Fadli Rahman, keempat lokasi kilang itu memiliki volume flare gas yang tinggi.

Baca juga:
Impor Migas Gerus Neraca Perdagangan Indonesia

Rencananya Pertamina NRE akan bekerjasama dengan anak usaha PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Jawa Satu Power untuk membangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan flare gas. Nilai proyek pembangkit listrik flare gas ini ditaksir USD60 juta-USD100 juta.

Proyek ini ditargetkan mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas antara 10 Megawatt hingga 20 Megawatt.

Mantan petinggi kilang mengatakan bahwa jenis flare gas di kilang, berbeda dengan jenis flare gas di lapangan minyak dan gas. “Flare gas di kilang idealnya atau rancangannya tidak ada. Yang hidup hanya pilot-nya saja,” ujarnya kepada Indonesiawatch.id, (27/08).

Menurut sumber Indonesiawatch.id tersebut, fungsi flare gas di kilang sebagai hasil buangan dari tekanan gas ke tempat yang dianggap aman. “Fungsinya adalah untuk safety, sewaktu-waktu terjadi gangguan atau emergency di kilang untuk membuang tekanan atau gas ke tempat yang aman, atau di flare,” ujarnya.

Gas flare di kilang juga menjadi indicator, normal tidaknya fungsi kilang. “Jika kondisi normal ada gas flare yang besar, harus diartikan ada peralatan kilang yang tidak normal. Perlu diperbaiki. Misalnya bocoran pada safety valve, atau ke tangan by pass yang bocor ke flare,” ujarnya.

Baca juga:
LBP Dorong Percepatan Izin Migas, Direktur Hilir Migas KESDM Malah Dikeluhkan karena Lambat

Menurutnya, flare gas di kilang seperti Dumai ada dua type. Yaitu, sweet flare untuk gas yang kandungan sulfur rendah. “Satu lagi, sour flare untuk gas yang sulfur tinggi,” katanya.

Sedangkan di Kilang Cilacap, sudah ada sulfur recovery unit. “Yang mengolah sour gas menjadi sweet gas untuk jadi refinery fuel gas. Juga ada unit LPG extract ion dari refinery gas,” ujarnya.

Sementara, untuk flare gas yang berasal dari lapangan migas, katanya, biasanya diperoleh karena terjadi kelebihan gas. “Ini biasanya memang ada kelebihan gas ikutan terpaksa di-flare. Karena tidak ekonomis untuk diolah lebih lanjut,” katanya.

Mantan petinggi kilang Pertamina lain menceritakan bahwa inisiatif pemanfaatan gas flare kilang sudah pernah muncul. “Sebenarnya ide tersebut sudah pernah dijadikan inisiatif di kilang,” ujarnya kepada Indonesiawatch.id.

Hanya saja proyek pemanfaatan flare gas tersebut, memiliki beberapa tantangan. Pertama, nilai investasi yang besar. Kedua, perlu kesepakatan terkait harga gas flare dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan harga jual kembali listrik ke ke kilang KPI.

bersambung ke halaman selanjutnya

Berita Terbaru

Ekspresi Mantan Pemain Sirkus OCI Berubah-ubah di Podcast, Analis Mikroekspresi: Karena Sudah Sering Muncul di Talkshow

3 May 2025 - 12:42 WIB

Analis Gestur & Mikroekspresi Monica Kumalasari (Foto: Antaranews.com)

Indonesia Menuju Bangsa Gagal Budaya

3 May 2025 - 12:30 WIB

Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen).

Wibisono Apresiasi Pertemuan Presiden dengan 7 Pemred Media

9 April 2025 - 19:20 WIB

CME: Keberadaan Danantara Bak Madu dan Racun Bagi Ekonomi Nasional

7 April 2025 - 17:56 WIB

CME dan Universitas Prasetiya Mulya Berkolaborasi Gelar Business Economic Conference 2025

25 March 2025 - 18:25 WIB

Populer Berita Edukasi