Menu

Dark Mode
Jejak Dua Tokoh Nasional di Era SBY, Diduga Menitip MRC ke Mantan Dirut Pertamina Alat AI Buatan Anak Bangsa Ini, Bisa Cegah Boncosnya Asuransi Jiwa Laut Direklamasi, Rel Diutangi Bapak Jaksa Agung Patuhi Perintah Presiden, Sikat Direksi BUMN yang Seperti Raja Dilema Sentralisasi Kekuasaan dan Ancaman Disintegrasi di Era Prabowo Ketika Polri Jadi Parcok: Krisis Etika dan Bayang Kekuasaan

Opini

Pengamat: Bukan Deflasi Yang Harus Kita Waspadai, Melainkan Inflasi

Avatarbadge-check


					Ilustrasi Inflasi (Shutterstock) Perbesar

Ilustrasi Inflasi (Shutterstock)

Bukan Deflasi Yang Harus Kita Waspadai, Melainkan Inflasi

Oleh: Alfian Banjaransari*

 

Media di Indonesia tengah ramai memberitakan mengenai deflasi yang melanda Indonesia dan bahaya yang ditimbulkannya. Tentu timbul pertanyaan, apa betul Indonesia tengah mengalami deflasi? Sejauh mana bahaya yang ditimbulkan?

Sesungguhnya bila kita melihat perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini, yang terjadi bukanlah deflasi dalam pengertian sesungguhnya, namun perlambatan inflasi, di mana harga-harga naik lebih lambat atau bahkan turun di sejumlah komoditas akibat kelebihan pasokan atau menurunnya permintaan. Perlu kita ingat, deflasi adalah turunnya harga-harga barang dan jasa secara umum. Jika dilihat dari tahun ke tahun, harga-harga masih cenderung naik (meski dengan laju yang lebih lambat).

Yang perlu digarisbawahi: jika berbicara tentang sejumlah barang yang harganya turun (seperti bahan pangan), boleh jadi itu bukan deflasi, melainkan koreksi pasar karena kelebihan produksi atau menurunnya permintaan; ini disebut sebagai pergerakan harga relatif. Deflasi mengacu pada penurunan harga yang lebih luas di seluruh ekonomi, yang secara teori malah meningkatkan daya beli dengan membuat barang-barang lebih terjangkau; deflasi juga bisa terjadi akibat produktivitas yang meningkat, di mana output tumbuh lebih cepat daripada jumlah uang beredar — kebalikan dari apa yang terjadi saat lockdown selama pandemi.

Lantas, jika demikian apakah hal ini mengindikasikan ekonomi kita baik-baik saja? Tunggu dulu, stagnasi upah dan penurunan lapangan kerja yang dirasakan sebagian besar masyarakat merupakan pertanda masalah yang lebih serius.

Dalam kasus Indonesia, di mana inflasi terus membayangi dari tahun ke tahun, penurunan daya beli kelas menengah tidak bisa serta-merta dijelaskan hanya oleh penurunan harga yang terisolasi (sebagaimana yang ramai diberitakan sebagai deflasi). Inflasi —meski dengan laju yang melambat— secara terus menerus menggerus pendapatan riil masyarakat. Seiring waktu, karena upah tidak mampu mengikuti kenaikan biaya hidup, masyarakat menghadapi penurunan kondisi finansial dan daya beli.

Inilah alasan paling masuk akal mengapa konsumen kelas menengah semakin kepepet. Jadi, masalahnya bukan deflasi, melainkan penyesuaian (dan dalam banyak hal penurunan) gaya hidup dan konsumsi rumah tangga akibat inflasi.

Karenanya, sebelum buru-buru mendesak pemerintah menggelontorkan stimulus fiskal untuk mendongkrak daya beli masyarakat, kita harus sangat berhati-hati: Mendorong konsumsi tanpa mengatasi masalah utama —seperti tekanan inflasi dan distorsi pasar— bisa memperburuk situasi dengan menggerus tabungan masyarakat.

Hal ini karenanya sejatinya inflasi mengurangi daya beli, membuat harga barang semakin mahal, sehingga masyarakat mau tidak mau harus menggunakan tabungan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Setelah kebijakan fiskal jor-joran selama era pandemi, deflasi harga pasar sebenarnya bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan perlu didorong sebagai bentuk koreksi alami.

 

*Penulis adalah Country Manager Center for Market Education Indonesia (CME-ID)

Berita Terbaru

Jejak Dua Tokoh Nasional di Era SBY, Diduga Menitip MRC ke Mantan Dirut Pertamina

2 November 2025 - 20:11 WIB

Sri Radjasa MBA, Pemerhati Intelijen

Laut Direklamasi, Rel Diutangi

31 October 2025 - 22:17 WIB

Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen).

Bapak Jaksa Agung Patuhi Perintah Presiden, Sikat Direksi BUMN yang Seperti Raja

26 October 2025 - 07:42 WIB

Jaksa Agung ST Burhanuddin menyampaikan 4 poin penting dalam Rakernas Kejaksaan RI 2025 yang harus diperhatikan seluruh jaksa. (Indonesiawatch.id/Dok. Kejagung)

Dilema Sentralisasi Kekuasaan dan Ancaman Disintegrasi di Era Prabowo

25 October 2025 - 01:21 WIB

Sri Radjasa MBA, Pemerhati Intelijen

Ketika Polri Jadi Parcok: Krisis Etika dan Bayang Kekuasaan

24 October 2025 - 12:09 WIB

Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen).
Populer Berita Opini