Penulis Opini: Sri Radjasa MBA (Pemerhati Intelijen)
Jakarta, Indonesiawatch.id – Di negara-negara yang mengalami status darurat korupsi dan penegakan hukum abal-abal, hanya dapat diselesaikan dengan hadirnya pemimpin negara yang berani bertindak out of the box dan putus urat takutnya.
Indonesia butuh presiden yang tidak segan-segan mengintervensi proses hukum yang tidak mengedepankan keadilan. Sosok pemimpin yang mampu berdamai dengan dirinya, sehingga yang ada didalam setiap kebijakannya demi kemaslahatan rakyat.
Mungkin kita perlu sejenak untuk menengok ke belakang, melihat kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, di usianya yang masih muda tetapi memiliki kualitas negarawan. Ketika itu Kesultanan Aceh Darussalam dihadapkan oleh pembangkangan para ulee balang, rakyat yang didera kemiskinan dan kelaparan, akibat sumber-sumber bahan pokok dikuasai oligarki.
Di awal kepemimpinannya Sultan Iskandar Muda langsung mengambil kebijakan revolusioner, dengan memberi ultimatum kepada para ulee balang yang membangkang akan dihukum mati. Sementara kepada para oligarki dan orang kaya yang tidak menyerahkan kekayaannya akan dijatuhi hukuman berat.
Seluruh barang rampasan milik oligarki, segera didistribusikan kepada rakyat miskin, sehingga kelaparan dapat diatasi segera. Stabilitas keamanan dan politik Kesultanan Aceh Darussalam kembali normal dan Kesultanan Aceh Darussalam mengalami zaman keemasan.
Sikap konsisten Sultan Iskandar Muda dalam penegakan hukum, ketika harus mengikhlaskan sang putra mahkota Meurah Pupok harus dijatuhi hukuman mati. Ungkapan terkenal dari Sultan Iskandar Muda setelah menghukum mati anaknya “Mate aneuk meupat jeruat, gadoih adat pat tajak mita”. “Mati anak ada kuburnya (tempatnya), hilang adat kemana hendak dicari”.
Potret Indonesia hari ini, mungkin memiliki problem yang mirip kesultanan Aceh Darussalam, di awal kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Tetapi Indonesia tidak memiliki pemimpin, dengan kualitas negarawan seperti Sultan Iskandar Muda, dengan kegilaannya terhadap penegakan hukum yang kaffah dan keberpihakannya kepada rakyat kecil.
Rasanya menjadi naif, jika menunggu munculnya secercah cahaya adil makmur yang menyinari sanubari rakyat kecil, jika harapan kita letakan, di pundak pemimpin yang cuma pura-pura gila.
Notes: Opini atau tulisan ini merupakan sepenuhnya tanggung jawab penulis











