Menu

Dark Mode
Silfester, Potret Jokowisme Mixed Political Art Pidato Pengukuhan Guru Besar, Dosen Unpad Ini Singgung Kebijakan Gubernur KDM Lain Beathor Lain Armando Inilah Potret Politik Berhala Harga Robot Anjing Polisi Rp3 Miliar, di E Commerce Cuma Rp246 juta Lembaga Ini Laporkan Pejabat OJK ke Kejaksaan & Polri karena Persoalan Asuransi Askrida OJK Diduga Kasih Izin Produk ke Perusahaan Asuransi yang Insolvent

Ekonomi

Sebut “Yang Penting Kelas Menengah tidak Miskin Ekstrem”, INDEF: Pak Menko PMK Bukan Seorang Ekonom

Avatarbadge-check


					Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy (Kiri) dan Ilustrasi masyarakat kelas menengah menjadi miskin (kanan) Perbesar

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy (Kiri) dan Ilustrasi masyarakat kelas menengah menjadi miskin (kanan)

Jakarta, Indonesiawatch.id – Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy merespon tentang banyaknya masyarakat kelas menengah yang turun kelas. Menurutnya, yang penting masyarakat kelas menengah tidak sampai masuk ke ranah miskin “Apalagi miskin ekstrem,” ujar Muhadjir.

Atas pernyataan ini, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) angkat bicara. Menurut peneliti INDEF, Agus Herta Sumarto, respon tersebut menunjukkan bahwa Muhadjir Effendy bukan seorang ekonom.

Baca juga:
Ekonom Bhima Yudistira Menyayangkan Respon Menko PMK ketika Banyak Kelas Menengah Jatuh Miskin

“Ini memperlihatkan bahwa Pak Menko memang bukan seorang ekonom,” ujar Agus.

Muhadjir sendiri merupakan Guru Besar Sosiologi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Sebelum menjadi Menko PMK, Muhadjir pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

“Saya kira permasalahannya tidak sesederhana yang disampaikan Pak Menko, yaitu yang penting kelas menengah tidak menjadi kelas miskin atau miskin ekstrem,” ujar Agus.

Baca juga:
KKKS PetroChina Jambi Bungkam Atas Dugaan Tipikor Proyek Betara Gas Plant Lidik Polda Metro

Menurutnya, yang harus menjadi perhatian utama ketika kelas menengah turun kasta atau daya belinya turun adalah efek dominonya. “Selama ini perekonomian kita ditopang oleh sektor konsumsi dan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap sektor konsumsi tersebut adalah kelas menengah,” kata Agus.

Menurunnya daya beli kelas menengah ini, sambung Agus, akan berdampak pada turunnya permintaan terhadap barang-barang manufaktur. “Turunnya permintaan barang-barang manufaktur akan mengakibatkan turunnya kinerja sektor tersebut,” ujar Agus.

Nah, ketika sektor manufaktur turun maka akan tercipta tambahan pengangguran. “Ingat, sektor manufaktur adalah sektor padat karya. Jika terjadi penurunan kinerja maka akan tercipta banyak pengangguran baru,” Agus mengingatkan.

Baca juga:
Dirut Pertamina Kecele, Awalnya Sempat Puji Deal Kontrak Suplai LNG PGN dengan Gunvor

Menurut Agus, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah tidak bisa berharap dari konsumsi kelas bawah dengan kategori miskin dan miskin ekstrem. Pasalnya, konsumsi masyarakat miskin selama ini ditopang oleh bantuan sosial dan subsidi pemerintah.

“Jadi konsumsi kelas menengah ini sangat penting. Jika mereka turun kasta maka efeknya akan sangat terasa sekali terhadap kinerja perekonomian secara keseluruhan,” pungkas Agus.

[red]

Berita Terbaru

Harga Robot Anjing Polisi Rp3 Miliar, di E Commerce Cuma Rp246 juta

5 July 2025 - 10:49 WIB

Lembaga Ini Laporkan Pejabat OJK ke Kejaksaan & Polri karena Persoalan Asuransi Askrida

4 July 2025 - 18:07 WIB

OJK Diduga Kasih Izin Produk ke Perusahaan Asuransi yang Insolvent

4 July 2025 - 13:05 WIB

Analogi Jokowi: Naik Motor Sein Ke Kiri Belok Ke Kanan

1 July 2025 - 10:01 WIB

DPP PSI Desak Polisi Menghukum Pelaku Pembubaran Retreat di Sukabumi

30 June 2025 - 10:57 WIB

Aksi intoleransi kembali terjadi di kegiatan retret di Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Sukabumi (Foto: gamki.or.id)
Populer Berita Hukum