Jakarta, Indonesiawatch.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai cuaca ektreem di berbagai daerah, terutama jika akan bepergian atau berlibur ke suatu daerah.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, pada Minggu, (22/12), menyampaikan, pihaknya terus memonitor pemicu terjadinya peningkatan curah hujan yang tinggi dan masih aktif, khususnya jelang dan puncak musim hujan di berbagai daerah yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.
Baca juga:
Pemerintah Siapkan Sejumlah Langkah Antisipasi Bencana Cuaca Ekstrem di Jobodetabek
Ia menjelaskan, potensi terjadinya curah hujan yang cukup tinggi tersebut diperparah dengan masuknya udara dingin dari fenomena iklim global, yaitu pendinginan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
“Jadi kami memonitor peningkatan indeks seruakan yang melintasi Equator itu angkanya semakin meningkat sehingga perlu adanya kewaspadaan,” ujarnya.
Kewaspadaan ini perlu ditingkatkan terutama di sejumlah wilayah di Indonesia, di antaranya Pulau Jawa dan Bali yang berpotensi diguyur hujan lebat. Kemudian di Sumatera bagian barat dan tengah yang juga mempunyai potensi yang sama.
“Itu juga potensi curah hujan tinggi yang dapat mengakibatka banjir bandang dan tanah longsor,” ujarnya.
Selanjutnya di Pulau Kalimantan bagian tengah dan selatan. Wilayah tersebut dipraperkirakan terjadi genangan di dataran rendah akibat intensitas hujan yang meningkat. Ini juga berpotensi di Sulwesi bagian tengah dan selatan.
“Kami memprakirakan potensi hujan lebat yang dapat memengaruhi jalur transportasi dan aktivitas masyarakat,” ujarnya.
Potensi cuaca ekstrem yang berpotensi memicu berbagai bencana di sejumlah daerah itu dipraperkirakan secara khusus terjadi 2 sampai 7 hari ke depan.
“Secara umum, potensi [cuaca] ekstreem ini masih bisa berlangsung hingga puncak musim hujan di bulan Januari sebagian wilayah Indonesia dan juga di bulan Februari,” katanya.
“Secara umum sampai Januari-Februari, namun secara khusus ini 2 hingga 7 hari ke depan karena fenomena atmosfer yang dinamis dan saling menguatkan,” ucapnya menambahkan.
Cuaca eksterm tersebut bisa mengganggu atau menghambat aktivitas warga di daerah atau wilayah yang terdampak cuaca ekstreem tersebut.
“Kebetulan saya sendiri pernah mengalami ya, kalau hujan lebat itu jarak pandang menjadi terganggu. Kita jadi agak harus hati-hati dan licin ya, apalagi kalau jalannya tidak mendukung. Itu yang testimoni pribadi semacam itu,” ucapnya.
Dwikorita menympaian, tentutnya BMKG tidak ingin kodisi tersebut juga dialami oleh masyarakat. “Belum lagi kalau disertai angin kencang dan kilat petir. Itu yang dapat mengganggu,” ujarnya.
[red]