Jakarta, Indonesiawatch.id – Keputusan Presiden Prabowo Subianto menghentikan impor beras di 2025, sangat kontradiktif dengan kebijakan mantan Presiden Indonesia Joko Widodo. Pasalnya, sejak terpilih menjadi Presiden, Jokowi langsung membuka keran impor beras.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang kuartal IV tahun 2014, ketika Jokowi baru menjabat presiden periode pertama, Indonesia tercatat mengimpor 503.324 ton beras atau senilai USD 239 juta.
Baca juga:
Tahun 2025, Tak Ada Impor Beras, Jagung, Gula & Garam
Di tahun-tahun berikutnya, pemerintahan Jokowi selalu mengimpor beras dari luar negeri. Jika ditotal, selama dua periode, pemerintahan Jokowi mengimpor sekitar 13,4 juta ton beras, senilai lebih dari USD 7 miliar.
Jika dikonversi ke Rupiah dengan menggunakan nilai rata-rata kurs Dolar USD sepanjang 2014 – 2024, maka 1 USD setara Rp14.345,83. Angka terakhir ini, jika dikali dengan total nilai impor beras era Jokowi sekitar USD 7 miliar, maka nilai impor beras selama periode Jokowi mencapai lebih dari Rp100 triliun.
Merujuk data BPS, pemerintahan Jokowi paling banyak mengimpor beras di tahun 2018, 2023 dan 2024. Tahun-tahun tersebut memang krusial karena berdekatan dengan Pemilu 2019 dan 2024 serta Pilkada akhir 2024.
Pada 2018, pemerintahan Jokowi mengimpor beras sebanyak 2,25 juta ton beras dari luar negeri atau senilai USD1,04 miliar. Di 2023, pemerintahan Jokowi mengimpor 3,06 juta ton dengan nilai USD1,79 miliar.
Puncaknya, sebelum lengser, pemerintahan Jokowi melakukan impor beras dengan jumlah terbesar selama periode Jokowi. Rezimnya mengimpor 3,48 juta ton beras dengan nilai USD 2,1 miliar sepanjang Januari – Oktober 2024 atau sebelum pelantkan Presiden baru Indonesia.
[red]







