Bandung, Indonesiawatch.id – Universitas Padjadjaran (Unpad) baru saja mengukuhkan tujuh Guru Besar besar pada 8 Juli 2025. Salah satunya, Profesor Dr. Uud Wahyudin, S.Sos., M.Si.
Guru Besar di bidang Komunikasi Pariwisata itu, menyinggung tentang kebijakan pembongkaran kawasan wisata oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi alias KDM, Maret 2025. Uud menilai ada dua hal menarik dari pembongkaran area wisata Hibisc Fantasy yang dikelola oleh PT Jaswita Jabar.
Pertama, kepentingan bisnis semata dan kedua tidak adanya pertimbangan tourist carrying capacity (daya tampung wisatawan).
“Dari 2 kata kunci itu saja sudah jelas bahwa atraksi wisata yang sedang dikembangkan akan berdampak buruk pada keseimbangan lingkungan di sekitarnya,” ujarnya di Gedung Graha Sanusi Hardjadinata, Unpad, Bandung (08/07).
Dalam paparannya, Uud menilai kebijakan yang diterapkan KDM sudah tepat. Pasalnya banyak kawasan wisata yang dibongkar di Bogor, tidak mematuhi prinsip-prinsip pengembangan pariwisata yang lebih berkelanjutan dan terlalu mementingkan hasrat ekonomi semata.
“Hal ini sesuai dengan apa yang ditulis John Urry dalam bukunya The Tourist Gaze yang terbit pada 1990, bahwa jenis pariwisata seperti itu berdampak negatif terhadap lingkungan dan kerusakan sosial-budaya di banyak tempat,” ujarnya.
Menurutnya, tantangan ke depan adalah menciptakan pariwisata yang lebih berkelanjutan dan berkualitas. Sementara seringkali pengelolaan wisata itu didorong aspek ekonomi dan pengembang hanya mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Pariwisata berkelanjutan berupaya untuk menciptakan pengalaman wisata yang lebih
bermakna dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat, baik itu wisatawan, masyarakat lokal, dan lingkungan,” ujarnya.
Dalam pidatonya, Uud mengusulkan Model Pentahelix untuk menciptakan pariwisata yang berkelanjutan.
“Harus ada sinergi demi mencapai hubungan kerja sama yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, yang pada akhirnya akan menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas,” katanya.
Adapun pihak-pihak yang harus terlibat dalam Model Pentahelix ini adalah, unsur pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, media, dan komunitas.
“Sinergi antar pihak ini perlu dibangun dan saling berhubungan untuk keberhasilan bersama, pariwisata berkelanjutan di Indonesia,” katanya.
[Red]